Selasa 19 Jan 2016 09:19 WIB

Warga Sukabumi 'Diteror' Makanan Beracun, Ini yang Dilakukan Pemkab

Rep: Riga Nurul Iman/ Red: achmad syalaby
Keracunan makanan (Ilustrasi)
Foto: kidshealth.org
Keracunan makanan (Ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID,  SUKABUMI—Kasus keracunan makanan di awal 2016 ini cukup marak terjadi di Kabupaten Sukabumi. Di mana, korban keracunan makanan ini jumlahnya cukup banyak dan bahkan ada seorang yang meninggal dunia pada Senin (18/1) lalu.

Berdaarkan data dinas kesehatan Kabupaten Sukabumi, kasus keracunaan pertama kali terjadi di Desa Bantargebang, Kecamatan Bantargadung pada 6 Januari 2016 lalu. Pada peristiwa itu sebanyak 118 orang waarga mengalami gejala keracunan setelah mengkonsumsi makanan yang dibagikan dalam acara syukuran pernikahan.

(Baca: Usai Makan Nasi Kotak, 92 Warga Keracunan).

Kasus kedua terjadi pada Ahad 17 Januari lalu terjadi keracunan di Desa Girijajaya, Kecamatan Nagrak yang menyebabkan sebanyak 92 warga keracunan akibat makan nasi kotak yang dibagikan dalam acara syukuran atau haul. Dalam peristiwa keracunan itu juga seorang warga meninggal di rumah sakit yakni Didin (60 tahun).

‘’ Ke depan, kita akan tingkatkan sosialisasi kepada masyarakat,’’ ujar Kepala Dinkes Kabupaten Sukabumi Didi Supardi kepada wartawan Selasa (19/1). Targetnya, kasus keracunan dapat dicegah semaksimal mungkin.Dikatakan Didi, Dinkes juga akan menganggarkaan dana untuk penanganan kasus kejadian luar biasa (KLB) keracunan.

Kepala bidang Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (P2PL) Dinkes Kabupaten Sukabumi Harun Alrasyid mengatakan, sosialisasi khususnya menyangkut pemilihan makanan, pengolahan makanan atau memasak, dan waktu serta cara penyajian.

‘’ Jika salah satu hal itu kurang baik pengolahnnya maka akan menyebabkan keracunan,’’ ujar dia.Ditambahkan Harun, dinkes pun meminta agar masyarakat yang akan mengadakan syukuran atau hajatan yang mengundang banyak orang agar melakukan koordinasi dengan pemerintah. Hal ini untuk memcegah terjadinya keracunan akibat makanan yang dikonsumsi masyarakat.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement