REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Presiden Inter Milan, Erick Thohir berharap kompetisi Liga Indonesia seperti liga-liga di Eropa yang lebih baik dan maju, terutama dalam segi bisnis. Disebutnya, di Indonesia sepak bola memiliki skala besar, baik dari segi komunitas dan juga bisnis.
Namun kompetisi di Indonesia, terutama Liga Super Indonesia (ISL) masih berharap pada sponsor dan tiket untuk pemasukan. Ini berbeda dengan di Eropa yang sudah mengandalan pemasukan dari sektor penyiaran.
Meskipun dirinya berharap ISL lebih maju, tapi pengusaha asal Indonesia itu enggan terlibat langsung dalam penyelenggaraan kompetisi. Sebab penyelenggaraan ISL dinilainya bukan ranahnya dirinya. Apalagi dirinya sebagai ketua Komite Olimpiade Indonesia (KOI) dipastikan akan sibuk jelang gelaran Asian Games 2018 mendatang.
"Liga bukan domain saya, tapi kalau diminta advice saya siap," kata Erick Thohir disela-sela acara tasyakuran Piala Presiden, di Galeri Seni Kunstriking, Jakarta, Senin (18/1) malam WIB.
Erick Thohir mengaku jika dirinya bisa berbagi dengan penyelenggara kompetisi Liga Indonesia, karena ada hal yang bisa dipelajari di negara lain. Sebagai contoh liga-liga besar di Eropa, seperti Seri A Italia, Liga Premer Inggris, dan La Liga Spanyol pendapatan mereka lebih besar dari penyiaran.
Sementara di Amerika, tidak jauh berbeda dengan di Indonesia, yang masih memanfaatkan pemasukan dari tiketing dan dana sponsor.
Namun di Amerika, meski pemasukkan dari penyiarannya kecil, tapi dana dari tiket dan sponsor besar. Karena itu di Amerika ada pembatasan gaji pemain.
Sehingga hal ini bisa dibandingkan meski sistem kompetisi dan keadaan di setiap negara berbeda. "Apa yang berjalan di Seri A atau La Liga, belum bisa sukses diterapkan di Indonesia," kata Erick.