REPUBLIKA.CO.ID, BOYOLALI -- Dinas Pertanian Kehutanan dan Perkebunan (Dispertanhutbun) Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Boyolali menorehkan prestasi merubah lahan kritis menjadi tanah subur. Dari 17.000 hektare (Ha) areal tandus, 10.500 Ha di antaranya kini sudah menjadi lahan lestari.
Kepala Dispertanhutbun Kabupaten Boyolali, Bambang Purwadi, melalui Kepala Bidang (Kabid) Kehutanan, Sugiyarto, Selasa (19/1), di kantornya menjelaskan, saat ini tinggal tersisa 6.500 Ha lahan kritis yang perlu dihijaukan kembali.
Kondisi lahan kritis ini berdasar sumber data dari Balai Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (BP DAS), menyebutkan, lahan kritis berada pada lahan penyangga wilayah lereng Gunung Merapi dan Merbabu. Lahan tersebut berada di wilayah Kecamatan Musuk, Cepogo, Selo, dan sebagian wilayah kecamatan lain.
Dan, lahan kritis ini berada pada lereng dan jurang Gunung Merapi dan Merbabu. Secara topograpi kondisi geografis sangat sulit, dan jauh dari pemukiman penduduk.
Lahan kritis yang masih tersisa itu, secara bertahap akan berkurang. Ini dilakukan dengan langkah penghijauan pada lahan yang masih kategori kritis. Pada 2016 ini, menurut Sugiyarto, ada kegiatan pengayaan sarana penghijauan. Artinya, dilakukan penambahan volume tanah pada lahan yang telah dilakukan penghijauan.
Jadi, Volume tanaman ditambah pada tempat yang sudah dilakukan penghijauan. Misalnya, dalam satu kawasan penghijauan telah ditanami 10 ribu pohon. Pada 2016 ini masih ditambah lagi tanaman.
Pada 2010 lalu, lahan kritis di Kabupaten Boyolali mencapai 17 ribu Ha. Lahan ini tersebar di wilayah Kecamatan Wonosegoro, Musuk, Cepogo, Juwangi dan sejumlah kecamatan.
Namun, dengan adanya program penghijauan yang dilaksanakan Kabupaten Boyolali dan bantuan CSR (Coorporate Social Responsibility) dari berbagai pihak selama lima tahun hingga Desember 2015 lalu, lahan kritis berkurang 10.500 Ha. Dan, masih tersisa 6.500 Ha.
Ada sejumlah pihak yang turut andil melakukan penghijauan. Seperti, CV Abiyoso, PT Pertamina, PT Aqua Investama, dan sejumlah industri perbankan berpartisipasi membantu pohon untuk penghijauan di sana. Sehingga hasilnya lebih mantap.
Kegiatan penghijauan, kata Sugiyarto, memiliki fungsi ganda yang cukup besar. Selain sebagai konservasi pelestarian lingkungan, pelestari iklim, pelestari sumber air, pelestari udara segar, penghijauan juga memiliki fungsi dan manfaat bagi masyarakat untuk diambil hasil buah maupun kayunya.