REPUBLIKA.CO.ID, KUPANG -- Sebanyak 1.200 warga di desa Egon Gahar, Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur, diungsikan akibat aktivitas gunung Egon yang semakin meningkat, kata pelaksana tugas Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sikka Bari Fernandes, Selasa (19/1).
"Kemarin dan hari ini kita sudah evakuasi sejumlah warga tersebut karena kami melihat bahwa aktivitas gunung Egon semakin meningkat," katanya saat dihubungi dari Kupang.
Dalam proses evakuasi ia mengaku pihaknya mengalami kesulitan karena sebagian warga tidak ingin meninggalkan desa mereka dan lebih memilih menempati rumah yang ada.
Namun ia memastikan bahwa semua warga di sekitar gunung Egon tersebut sudah dievakuasi semuanya. Kemudian untuk tempat tinggal pihaknya membangun sejumlah tenda yang didapat digunakan oleh para pengungsi yang dievakuasi. "Dari tiga hari yang lalu kita sudah evakuasi dan saat ini juga masih ada yang masih kami evakuasi," ujarnya.
Petugas Pemantau Gunung Egong Edi Ruhaedi mengatakan, aktivitas gunung tersebut sejauh pantauan yang dilakukan masih bersifat fluktuatif, yang artinya masih terjadi asap serta gempa vulkanik dengan getaran yang lebih kecil.
"Kami juga pasca adanya status siaga satu dinyatakan oleh pihak Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) kita sudah meminta masyarakat untuk berada jauh dari gunung tersebut," ujarnya.
Lebih lanjut ia mengatakan PVMBG sendiri juga sudah merekomendasikan agar memperluas radius yang harus dikosongkan, yang semula radius 1,5 km menjadi tiga km, sehingga masyarakat yang tinggal di Desa Egon Gahar harus dievakuasi karena berpotensi terkena awan panas, abu vulkanik pekat, dan lontaran batu pijar jika terjadi erupsi.
Kepala Pusat Data dan Informasi Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho mengatakan dengan naiknya status Gunung Egon, maka saat ini dari 127 gunungapi aktif di Indonesia ada satu status Awas (G. Sinabung), lima status Siaga (G. Egon, Soputan, Lokon, Karangetang, Bromo), dan 14 status Waspada.
Gunung Egon beberapa kali meletus yaitu pada periode 1888-1891, 1907, 1925, kemudian selama 79 tahun tidak dilaporkan adanya peningkatan aktivitas.
Pada 28 Januari 2004 kembali meletus hingga Agustus-September 2004. Pada 15 April 2008 kembali meletus dengan indeks eksplosivitas (VEI) 2 dan ketinggian kolom letusan 5.700 m.