REPUBLIKA.CO.ID, MELBOURNE -- Menurunnya harga minyak dunia hingga ke titik terendah mulai dirasakan para pengguna kendaraan, dengan turunnya harga bensin di sejumlah pompa bensin di Australia.
Dari dua SPBU di kawasan Blacktown, Sydney Barat, harga bensin tanpa timbal terpantau telah turun di bawah $1 atau di bawah Rp 9.500 per liter. Sementara di Australia Selatan, Asosiasi Otomotif Australia Selatan telah mencatat harga bensin di bawah satu dolar di tiga SPBU di Adelaide.
Di Queensland, RACQ manajer kebijakan publik Michael Roth juga memprediksi harga bisa turun menjadi 99,9 sen dengan beberapa stasiun layanan menggunakan harga di bawah dolar sebagai "gimmick marketing".
"Jika dilihat harga bensin secara rata-rata, sangat tidak mungkin melihat harga bensin turun hingga dibawah satu dolar. Harga grosir masih di atas 105 sen per liter atau mereka akan menjualnya dengan merugi," ujar Michael Roth, salah satu manajer RACQ baru-baru ini.
Penurunan harga bensin nasional ini dilakukan setelah adanya tekanan dari pengawasan konsumen di Australia, atau ACCC, yang khawatir penurunan harga minyak dunia tidak akan dirasakan oleh para pengguna kendaraan.
Organisasi yang membawahi distribusi bensin di Australia, ACAPMA, mengatakan penurunan harga bensin merupakan siklus normal dari harga minyak dunia. "Pada dasarnya pengecer melakukan bisnis ini dengan tepat, sehingga mereka bisa mengambil untung. Apa yang mereka lakukan adalah meneruskan penurunan harga ini [kepada konsumen]," ujar Mark McKenzie, Direktur Eksekutif ACAPMA.
Harga minyak mentah dunia telah merosot hingga 20 persen tahun 2016, menjadi sekitar AS$28 per barel. Delapan bulan lalu harga minyak mentah sempat meroket hingga AS$ 65 per barel.
Hingga Rabu (20/1) pagi harga bensin rata-rata terendah berada di kota Sydney ($ 1,08 sen per liter), diikuti Melbourne ($ 1,09 sen per liter), dan Brisbane ($ 1,2 sen per liter).
Sementara harga bensin tertinggi rata-rata di Australia terjadi di kota Hobart, Tasmania yang mencapai $ 1,29 per liter.