Oleh: Ina Salma Febriany
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Abu Hurairah ra pernah mengatakan, “Demi Allah yang tidak ada Tuhan selain Dia, aku pernah menempelkan lambungku di atas tanah karena rasa lapar. Aku juga pernah mengikatkan beberapa batu di perutku karena rasa lapar. Pada suatu hari, aku pernah duduk di jalan yang biasa para sahabat lewati. Kemudian lewatlah Abu Bakar ra lalu aku bertanya tentang ayat dari Kitabullah (Al-Quran) dan aku tidaklah menanyakannya selain agar Abu Bakar menjamuku, namun ia tidak melakukannya. Setelah itu, lewatlah Umar bin Khattab ra, kemudian aku bertanya kepadanya tentang ayat dari Kitabullah (Al-Quran) dan aku tidaklah menanyakannya selain agar Umar menjamuku, namun ia tidak melakukannya. Setelah itu lewatlah Abul Qasim (Rasulullah Saw). Ketika melihatku, beliau tersenyum dan mengetahui apa yang tergambar di wajah dan hatiku. Beliau lalu bersabda, “Wahai Abu Hurairah,”. Aku menjawab, “Aku penuhi panggilanmu, wahai Rasulullah Saw.” Beliau bersabda, “Ikutlah,”. Lalu aku mengikuti beliau. Aku lalu meminta izin untuk masuk dan beliau mengizinkanku. Ternyata, aku mendapatkan susu di dalam mangkuk,” (HR Al- Bukhari, Shahih Bukhari, Juz 4, No 6452)
Hadits berisikian penuturan sederhana dari periwayat hadits ini, Abu Hurairah memberikan gambaran tentang perasaan hayaa’ (malu) meminta kepada manusia. Betapapun sang imam sangat merasakan lapar, beliau tidak serta merta meminta untuk dijamu atau diberi makanan. Beliau justeru mengalihkan keadaan dengan mengajukan pertanyaan kepada dua khalifah tentang suatu ayat, dan dua sahabat itupun rupanya belum peka terhadap rasa lapar luar biasa yang dirasakannya.
Allah Swt akhirnya Maha Mengetahui apapun yang dirasakan para hamba-Nya. Melalui Rasulullah Saw—yang juga tahu bahwa Abu Hurairah ra kelaparan, beliau dengan santun memberi semangkuk susu tanpa harus bertanya apakah ia lapar atau tidak. Sebab biasanya, orang lapar tergambar dari raut wajahnya.
Betapapun, melalui hadits ini, Abu Hurairah mengajarkan kita tiga kesabaran yaitu: sabar menahan lapar, sabar untuk tidak meminta kepada manusia dan sabar (sebab Allah tidak tinggal diam) menunggu jamuan-Nya.
Sikap dan sifat Abu Hurairah ra ini tak lepas dari akhlak yang diajarkan Rasulullah ra ajarkan kepada para sahabat. Rasulullah adalah utusan-Nya yang paling malu dalam meminta kepada selain-Nya. Bahkan dalam suatu hadits yang diriwayatkan Imam Bukhari, Rasulullah Saw terbiasa untuk berpuasa jika tidak memiliki makanan yang dapat dimakan hari itu. Bukan karena Rasulullah Saw irit dan miskin, beliau justeru memilih untuk tidak banyak mengisi perut untuk menghindari kekenyangan. Sebab, banyak dampak ketika kita terlalu kenyang.
Ibnul Qayyim Al-Jauziyah pernah menuturkan bahwa kebanyakan menyebabkan kemalasan, mengundang rasa kantuk, menghilangkan konsentrasi dan membuat kita malas beribadah. Oleh karenanya, sudah sepatutnya kita memulai untuk mengikuti adab Rasulullah Saw makan yakni berhenti sebelum kenyang dan kalau mampu, perbanyak berpuasa. Sebab berpuasa, membuat kita sehat.