REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Satu keluarga di Kabupaten Maros Sulawesi Selatan menghilang secara misterius diduga kuat menjadi pengikut organisasi Gerakan Fajar Nusantara (Gafatar) mengingat kepergiannya secara misterius tanpa pesan bahkan tidak diketahui orang tuanya selama dua pekan terakhir.
"Informasi didapat, satu keluarga ini pergi meninggalkan rumah sejak 17 Januari dan mengemasi seluruh barang-barangnya, tapi tidak menyampaikan akan kemana. Pihak keluarga sudah menghubungi tapi sudah tidak aktif," ucap Kapolres Maros, AKBP Lafri Prasetyono saat dikonfirmasi, Kamis.
Menurut dia, semenjak menerima laporan dari pihak orang tuanya, satu keluarga ini tidak pernah diketahui keberadaannya. Pihaknya menduga satu keluarga ini ikut dalam kelompok Gafatar berada di Kalimantan Barat.
"Saat ini kami telah melakukan pencarian serta mengumpulkan informasi dan keterangan dari berbagai pihak yang melihat satu keluarga ini meninggalkan rumah tanpa pesan apapun," katanya.
Satu keluarga yang hilang secara misterius yakni Taufik bin Asiz (35) kepala keluarga diketahui mantan bendahara Gafatar Cabang Kabupaten Maros, Sulsel, serta memiliki usaha foto copy di Kota Makassar dan Parepare.
Kemudian istrinya, Janawanti binti H Nurdin (32), bekerja sebagai perawat gigi Pegawai Negeri Sipil (PNS) di Puskesmas Simbang, Maros. Pasangan suami istri ini juga membawa kedua anaknya, Radit (8) dan Gazi (5).
Lafri menuturkan telah melakukan koordinasi dengan Kepolisian Daerah Kalimantan Barat di Mempawah dengan meminta data satu keluarga tersebut apakah ada data pasca pembakaran pemukiman Gafatar disana oleh massa beberapa hari lalu bersama warga daerah lainnya dinyatakan hilang.
"Data-data masih ditunggu apakah ada nama-nama mereka teridentifiikasi warga dari Maros, Selain itu komunikasi secara intens juga dilakukan dengan pihak keluarga terdekat," tutur pria berpangkat dua bunga melati ini.
Dirinya membenarkan pergerakan organisasi tersebut mulai eksis pada 2011. Kelompok dengan paham menyimpang ini membungkus gerakan dengan aksi sosial, pertanian hingga naik ke gunung membagikan sembako.