REPUBLIKA.CO.ID, DUSHANBE -- Polisi Tajikistan mencukur jenggot hampir 13 ribu pria dan meminta 1.770 perempuan berhenti memakai jilbab pada tahun lalu. Hal ini dilakukan untuk mengatasi adanya 'pengaruh asing'.
Seperti diberitakan the Independent, Kamis (21/1), layanan penegakan hukum negara Asia tengah yang mayoritas Muslim mengungkapkan, jenggot 12.818 orang dicukur karena terlalu panjang dan berantakan.
Kepala kepolisian wilayah negara bagian Khatlon juga mengumumkan pemerintah telah menutup 162 toko yang menjual pakaian Muslim termasuk jilbab perempuan. Sementara 1.7773 perempuan dibujuk untuk melepas jilbabnya.
Langkah-langkah ini adalah bagian dari upaya kepemimpinan sekuler melawan radikalisme dan tradisi tidak diinginkan dari tetangganya, Afghanistan.
Dalam beberapa bulan terakhir, perlemen negara telah memutuskan melarang memilih nama asing berbau Arab dan menikah dengan sepupu pertama, sementara Mahkamah Agung melarang satu-satunya partai politik Islam di negara itu.
Presiden Emomali Rohmon yang telah berkuasa sejak 1992 bekerja untuk mempromosikan sekularisme di negeri ini. Ia telah mencegah keyakinan dan praktik yang dapat menyebabkan ketidakstabilan negara.
Pada Sedember, Rohmon dan keluarganya diberikan kekebalan seumur hidup dari penuntutan. Parlemen secara resmi memberinya gelar 'Pemimpin Bangsa' dan 'Pendiri Perdamaian dan Persatuan Nasional Tajikistan'. Republik Tajikistan merdeka dari Uni Soviet pada 1991.
Baca juga, Ini 25 Senjata Mematikan Milik ISIS.