REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Di kampus-kampus disinyalir sudah dimasuki oleh aktivis LGBT. Bahkan, mereka menyediakan jasa konsultasi bagi mahasiswa-mahasiswi LGBT yang merasa didiskriminasi ataupun bagi mereka yang ingin lepas dari jeratan LGBT.
(baca:Konseling Homo dan Lesbian Mahasiswa UI Hebohkan Media Sosial)
Psikolog Alfa Restu Mardhika mengatakan, pihak yang berhak menyediakan jasa konsultasi merupakan pihak yang memiliki ilmu pengetahuan dalam bidangnya.
"Hanya psikolog yang sudah punya sertifikat yang bisa memberikan konsultasi bagi mereka. Selain itu, psikolog itu harus netral, sebaiknya bukan dari kalangan LGBT," katanya, Jumat (22/1).
(Baca: Tawarkan Konseling, Pendiri SGRC-UI Ternyata Seorang Gay)
Kalau hanya lembaga yang berisi aktivis LBGT, terang dia, paling hanya bisa menjadi tempat berbagi saja. Mereka tidak bisa memberikan konsultasi karena bukan pakarnya.
"Sebab, kalau misal ada mahasiswa yang ingin bebas dari homoseksual, namun konsultasi dengan aktivis LGBT, kemungkinan dia untuk bisa meninggalkan aktivitas homoseksual itu sulit. Makanya, konsultan itu harus seorang pakar psikolog yang netral," kata Alfa.
Baca juga: Bikin Heboh Soal Homo di UI, SGRC juga Sudah Ada di UIN Jakarta