Jumat 22 Jan 2016 14:54 WIB

Penyebab Gay dan Lesbi Kian Berani Terang-terangan

Rep: Qommarria Rostanti/ Red: Achmad Syalaby
pernikahan gay (ilustrasi)
Foto: reason.com
pernikahan gay (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Belakangan ini, kaum gay dan lesbian seolah sudah berani terang-terangan menunjukkan orientasi seksualnya. Hal tersebut disinyalir lantaran gay dan lesbian tidak lagi digolongkan sebagai sebuah penyakit atau abnormalitas.

Awalnya, dalam ilmu psikologi atau psikiatri, gay dan lesbian digolongkan sebagai penyakit dan abnormalitas. Namun, belakangan ini keduanya dikeluarkan dari kategori abnormalitas.

Artinya, gay dan lesbian bukan penyakit, melainkan hanya permasalahan orientasi. Hubungan seksual secara garis besar dibagi menjadi dua, yaitu heteroseksual dan homoseksual. Di tengah-tengah keduanya, ada biseksual. Karena dikeluarkan dari pedoman penggolongan diagnosis gangguan jiwa (PPDGJ), homoseksual dan biseksual tidak termasuk dalam kategori penyimpangan. 

(Baca: Homo dan Lesbi tak Pantas Sediakan Jasa Konsultasi).

Dekan Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidyatullah Jakarta Abdul Mujib mengatakan, orientasi seksual tersebut oleh sebagian orang dianggap hal biasa dan bukan abnormalitas. Di situlah kemudian kaum gay dan lesbian mendapatkan ruang. Apa yang mereka alami bukanlah penyakit dan tidak mengganggu orang lain.

“Sehingga mereka berani terang-terangan, merasa itu adalah hak asasi manusia (HAM), dan mereka pun tidak merasa malu ataupun takut,” ujarnya kepada Republika.co.id, Jumat (22/1).

Perlaku gay dan lesbian layaknya fenomena gunung es yang terapung di lautan. Yang terlihat di permukaan hanya sedikit, tapi kenyataan sebenarnya sangat banyak. Perilaku tersebut menjadi masalah tersendiri bagi negara Indonesia yang cara berpikir masyarakatnya sangat ketimuran dan beragama. 

 

 

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement

Komentar

Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Yuk Ngaji Hari Ini
سَيَقُوْلُ الْمُخَلَّفُوْنَ اِذَا انْطَلَقْتُمْ اِلٰى مَغَانِمَ لِتَأْخُذُوْهَا ذَرُوْنَا نَتَّبِعْكُمْ ۚ يُرِيْدُوْنَ اَنْ يُّبَدِّلُوْا كَلٰمَ اللّٰهِ ۗ قُلْ لَّنْ تَتَّبِعُوْنَا كَذٰلِكُمْ قَالَ اللّٰهُ مِنْ قَبْلُ ۖفَسَيَقُوْلُوْنَ بَلْ تَحْسُدُوْنَنَا ۗ بَلْ كَانُوْا لَا يَفْقَهُوْنَ اِلَّا قَلِيْلًا
Apabila kamu berangkat untuk mengambil barang rampasan, orang-orang Badui yang tertinggal itu akan berkata, “Biarkanlah kami mengikuti kamu.” Mereka hendak mengubah janji Allah. Katakanlah, “Kamu sekali-kali tidak (boleh) mengikuti kami. Demikianlah yang telah ditetapkan Allah sejak semula.” Maka mereka akan berkata, “Sebenarnya kamu dengki kepada kami.” Padahal mereka tidak mengerti melainkan sedikit sekali.

(QS. Al-Fath ayat 15)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement