Jumat 22 Jan 2016 16:39 WIB

'Jangan Kucilkan Perempuan dan Anak yang Jadi Korban Ormas Radikal'

 Anggota Brimob Polda Kalbar mendampingi warga eks-Gafatar saat dievakuasi dari permukiman mereka yang dibakar massa di kawasan Monton Panjang, Dusun Pangsuma, Desa Antibar, Mempawah Timur, Kabupaten Mempawah, Selasa (19/1).(Antara/Jessica Helena Wuysang)
Foto: Antara/Jessica Helena Wuysang
Anggota Brimob Polda Kalbar mendampingi warga eks-Gafatar saat dievakuasi dari permukiman mereka yang dibakar massa di kawasan Monton Panjang, Dusun Pangsuma, Desa Antibar, Mempawah Timur, Kabupaten Mempawah, Selasa (19/1).(Antara/Jessica Helena Wuysang)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Beberapa pekan terakhir masyarakat dikejutkan oleh sejumlah pemberitaan di media massa dan meningkatnya laporan masyarakat kepada pihak kepolisian karena kehilangan anggota keluarganya.

Kejadian ini bersamaan dengan pemberitaan tentang munculnya gerakan radikal yang cukup meresahkan masyarakat. Perempuan dan anak tidak luput menjadi salah satu kelompok yang menjadi sasaran atau target dari munculnya gerakan radikal ini.

"Menyikapi berita yang berkembang di media massa dan kasus-kasus yang terjadi di masyarakat tentang munculnya gerakan-gerakan radikal (khususnya keterkaitannya dengan isu perempuan dan anak), saya melihat dari sisi pengaruh yang disebarluaskan kepada masyarakat, di mana banyak perempuan dan anak menjadi salah satu sasaran atau target. Sehingga mereka mereka menjadi korban dari gerakan ini," kata Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PP dan PA), Yohana Yembise, Jumat (22/1).

Yohana menambahkan kepada kaum perempuan untuk meningkatkan kewaspadaan dini atau early warning system apabilan ada tawaran atau iming-iming untuk bergabung dalam organisasi tertentu yang belum dikenal.

Kepada para orang tua, ia mengimbau agar lebih ketat dalam melakukan pengawasan dan komunikasi yang baik kepada anak-anaknya agar terhindar dari pengaruh sebaran paham-paham yang bertentangan dengan ideologi Pancasila.

Selain itu, masyarakat juga untuk berperan aktif dan waspada apabila menemukan indikasi-indikasi masuknya paham-paham baru yang dibungkus dengan berbagai modus yang berkedok dana-dana sosial untuk kepentingan masyarakat.

Perlunya upaya untuk segera melakukan pendampingan, pemulihan dan rehabilitasi bagi perempuan dan anak yang sudah terlanjur menjadi korban, jangan ada stigmatisasi dan pengucilan kepada korban.

"Terakhir adalah penguatan ketahanan keluarga sebagai benteng dalam mencegah segala bentuk pengaruh negatif yang disebarkan oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab," tegasnya.

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement