REPUBLIKA.CO.ID, PURWOKERTO –- Angka Kematian Ibu Melahirkan (AKI) di Indonesia masih tinggi. Kepala BKKBN Pusat, Surya Chandra Surapaty bahkan menyebutkan AKI 2015 lalu justru mengalami peningkatan.
''Jika sebelumnya AKI tercatat 228 per 100 ribu kasus ibu melahirkan, saat ini meningkat menjadi 359 per 100 ribu ibu melahirkan. Dengan demikian, setiap 1,5 jam, ada satu ibu meninggal saat melahirkan,'' jelas Surya dalam acara kuliah umum di Gedung Rektorat Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) Purwokerto, Jumat (22/1).
Menurutnya, tingginya AKI ini disebabkan berbagai faktor, antara lain karena tngginya kasus ibu melahirkan pada usia yang terlalu muda atau di bawah 22 tahun, banyaknya ibu yang melahirkan dalam usia tua atau di atas 35 tahun atau rapatnya usia kelahiran.
''Untuk melahirkan kembali, seharusnya ada tenggat waktu minimal tiga tahun karena anak juga mempunyai hak akan ASI eksklusif selama dua tahun dan berhak mendapat perhatian ibu secara penuh hingga minimal usia tiga tahun. Tapi sering kita temukan adanya ibu yang sudah melahirkan lagi hanya dalam waktu 1 tahun setelah kelahiran anak sebelumnya,'' katanya.
Lepas dari persoalan tersebut, dia mengakui minimnya perhatian pemerintah juga ikut menyumbang tingginya AKI. Surya mengungkapkan, setelah era reformasi program Keluarga Berencana (KB) memang seperti ditinggalkan. Tidak ada orang bicara tentang KB, termasuk pemerintah sehingga bonus demografi terjadi lebih awal.
Ssebelum reformasi, Indonesia berhasil menekan angka kelahiran dari 5,6 juta anak per tahun menjadi 2,6 juta anak per tahun. Namun, kondisi saat ini terjadi peningkatan sampai 1,49 persen per tahun. ''Sekarang angka kelahiran sudah mencapai empat juta per tahun. Ini bukti nyata KB telah ditinggalkan,” ujarnya.