Ahad 24 Jan 2016 11:53 WIB

Gay dan Lesbian Mengancam Harkat Kemanusiaan

Rep: Qommarria Rostanti/ Red: Julkifli Marbun
Bendera pelangi simbol kaum LGBT.
Foto: abc news
Bendera pelangi simbol kaum LGBT.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA –- Perilaku homoseksual seperti gay dan lesbian  mengancam harkat kemanusiaan manusia. Dalam persepsi agama, jika permasalahan orientasi seksual tersebut dilegalkan oleh hukum negara, maka sunnah kemanusiaan akan hilang.

Jika homosekual mendapat izin dari negara, bukan tidak mungkin perilaku tersebut akan menjadi tren. “Suatu saat orang tidak akan lagi mempunyai anak,” kata Dekan Fakultas Psikologi Universitas Islam Nasional (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, Abdul Mujib kepada Republika.co.id, Jumat (22/1).

Bisa dibayangkan, negara-negara di Eropa yang sudah melegalkan homokesual, maka 10 atau 20 tahun mendatang bukan tidak mungkin jumlah rakyat mereka sedikit. “Ini mengancam harkat kemanusiaan karena mereka tidak mempunyai generasi penerus,” kata dia.

Manusia memiliki empat aspek, yaitu bio, psiko, sosio, dan spiritual. Secara biologis, mungkin fungsi seksual kaum gay dan lesbian masih berjalan, hanya orientasinya saja yang terganggu. Namun dari sisi psikologi, homoseksual menyalahi fitrah kemanusiaan. Di dalam ajaran agama, terdapat larangan terhadap homoseksual. Hubungan homoseksual tidak mampu menghasilkan generas penerus. Mujib mengibaratkan, hanya arus listrik positif dan negatiflah yang mampu menghasilkan komposisi  cahaya pada bola lampu. ”Kalau arusnya sama-sama negatif, maka tidak akan mampu menghasilkan cahaya yang indah,” ujarnya.

Secara sosoilogis, kaum homoseksual tidak mendapat tempat dalam budaya timur. Berbeda dengan di barat yang kehidupannya sangat indivualis, di timur (termasuk di Indonesia), kesehariannya sangat berkaitan dengan orang lain. Mujib menyebut masyarakat timur mengganggap tabu homoseksial dan bahkan mungkin dilihat sebagai patologi sosial. Dari sisi spiritual, jelas agama manapun tidak membenarkan perilaku tersebut.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement