REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sebuah video menampilkan gambar dan pernyataan terakhir dari sembilan pelaku serangan Paris 13 November lalu. Video yang diterbitkan Ahad (24/1) itu, diklaim oleh media pusat kelompok militan ISIS.
Sayangnya, keaslian rekaman tidak bisa diverifikasi secara independen. Rekaman tersebut menunjukkan mereka memberikan kecaman anti-Barat dan menyimpulkan dengan jelas untuk menyerang Inggris.
Seperi diberitakan laman NBC News, Ahad (24/1), rekaman diunggah ke saluran resmi ISIS pada aplikasi Telegram. Rekaman menunjukkan beberapa penyerang mengenakan seragam kamuflase di lokasi gurun sebelum waktu serangan Paris.
Beberapa dari mereka yang ditampilkan memenggal sandera dari kelompok militan ultra garis keras, taktik mereka telah sering digunakan.
"Ini adalah pesan terakhir dari sembilang singa dari kekhalifahan yang dimobilisasi dari sarang mereka untuk membuat seluruh negara, Prancis berlutut," kata narator dalam video.
Saat serangan pada malam 13 November, sembilan pelaku dibagi menjadi tiga kelompok yang menyerang sebuah stadion olahraga, kafe, dan ruang konser. Surat perintah penangkapan telah dikeluarkan untuk lelaki lain, Salah Abdeslam yang melarikan diri ke Belgia pada hari berikutnya.
Para penyerang dalam video diidentifikasi oleh nom de guerre adalah tiga warga Prancis, empat warga belgia, dan dua warga Irak yang disebut sebagai Ali al-Irak dan Ukashah al-Irak.
Keduanya bisa menjadi pelaku bom bunuh diri yang mencoba menyerang Stadion Stade de France. Mereka membawa paspor yang diasumsikan paspor Suriah dan tidak secara resmi diidentifikasi. Tujuh penyerang lainnya yang tewas telah diidentifikasi.
Video itu juga menunjukkan cuplikan dari Perdana Menteri Inggris David Cameron yang mengungkapkan solidaritas dengan warga Prancis setelah serangan. Ia juga menyimpulkan dengan berkedip atas slogan di layar yang menuliskan 'Siapa pun yang berdiri di jajaran kafir akan menjadi target pedang kami,'.
Namun pihak Cameron tidak bisa segera memberi komentar.