REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR -- Saat ini populasi spesies anoa, banteng dan babirusa semakin kritis punah. Tiga satwa ini terus mengalami penurunan populasi lantaran adanya kerusakan habitat serta perburuan liar.
Bahkan, untuk Banteng di Jawa Timur seringkali diburu masyarakat karena dianggap merusak lahan pertanian dan perkebunan yang berada di sekitar Taman Nasional.
Menghadapi kondisi yang kritis punah, Persatuan Kebun Binatang Se-Indonesia (PKBSI), European Association of Zoos and Aquaria (EAZA), Association of Zoos and Aquariums (AZA) dan International Union for Conservation of Nature (IUCN) melakukan kerjasama pengelolaan terpadu ketiga satwa tersebut.
"Melalui nota kesepahaman (MoU) kami mengadakan kegiatan serta menciptakan populasi ex-situ secara global yang berkelanjutan untuk ketiga spesies tersebut yang secara efektif memberikan sumbangsih terhadap konservasi in-situ sesuai dengan Rencana Strategi dan Rencana Akdi (SRAK) Nasional yang telah ditetapkan pemerintah," kata Sekjen PKBSI, Tony Sumampau dalam Workshop Global Spesies Management Plan Untuk Banteng, Anoa dan Babirusa di Cisarua, Bogor, Senin (25/1).
Kerjasama tersebut, sambung Tony, dilakukan juga untuk mempertahankan kemurnian genetik bagi ketiga spesies tersebut.
Diharapkan dengan peraturan pengelolaan spesies yang disepakati secara global ini dapat meningkatkan upaya konservasi bila dibandingkan dengan pendekatan oleh satu regional saja.