REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara menyebut jumlah situs maupun media sosial berkonten radikal saat ini tercatat meningkat sejak Desember lalu. Situs-situs ini bermetamorfosis sehingga sulit untuk dibendung.
"Tapi tidak hanya situs tapi akun-akun medsos juga. Nah ini selalu diblock satu besoknya muncul lagi, dengan medsos beda akunnya juga beda," kata Rudiantara di kantor Wakil Presiden, Jakarta, Senin (24/1).
Ia menyebut secara keseluruhan situs yang mengandung konten negatif, termasuk pornografi, perjudian, perdagangan obat terlarang, radikalisme, dan terorisme sekitar 178 ribu. L
ebih lanjut, ia menyampaikan terdapat tim yang memantau situs-situs berkonten negatif. Tim tersebut, kata dia, bekerja sama dengan aparat keamanan serta menerima aduan dari masyarakat.
"Berkoordinasi dengan keamanan khususnya polisi. Kami dari awal Desember sudah memberikan akses khusus untuk masalah monitoring, surfilance di medsos kepada polri, BNP dan BIN," jelas Rudiantara. Menurut dia, upaya filterisasi hanya dapat dilakukan terhadap situs berkonten negatif, bukan media sosial.