REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Penulis skenario film 'Surat dari Praha', M Irfan Ramli mengungkapkan, film bergenre romantis ini merupakan perpaduan kisah cinta dan sejarah.

Film yang diperankan Tio Pakusadewo, Widyawati, dan Julie Estelle ini mengangkat kisah romantisme seorang mahasiswa yang harus tinggal di Praha karena menolak pemerintahan Orde Baru, namun masih mencintai seseorang di tanah air.

"Kami mengombinasikan data primer dari eksil di praha, lalu mengemasnya dengan cerita cinta," ujar Irfan, di Epicentrum Walk, Jakarta, Senin (25/1).

Adalah Mahid Jayastri atau Jaya (Tio Pakusadewo), seorang mahasiswa ikatan dinas (Mahid) yang terpaksa kehilangan kewarganegaraannya karena memiliki ideologi tinggi menolak pemerintah. Ia tinggal di Praha bersama teman-teman seperjuangannya setelah sebelumnya berstatus stateless atau tidak memiliki kewarganegaraan.

Setelah 20 tahun di Praha, Jaya mulai mencoba menghubungi Sulastri Kusumaningrum atau Lastri (Widyawati), kekasihnya saat ia masih di Indonesia. Hanya saja, Lastri yang sudah berkeluarga, tidak pernah membalas surat Jaya, meski masih sangat mencintainya.

Beberapa puluh tahun kemudian, anak Lastri, Kemala Dahayu Larasati atau Laras (Julie Estelle), mengunjungi Praha untuk bertemu Jaya dan mengembalikan sekotak surat milik ibunya yang telah meninggal dunia. Laras juga memberikan sepucuk surat pertama dan terakhir dari Lastri untuk Jaya.

Konflik batin di dalam diri Jaya mulai menyeruak setelah melihat tumpukan suratnya untuk Lastri dan mengetahui perempuan yang dicintainya itu telah meninggal dunia.

Perasaan cinta seumur hidup Jaya pada Lastri yang terhalang konflik politik 1965 dikemas dengan apik oleh Sutradara Angga Dwimas Sasongko. Film 'Surat dari Praha' akan tayang perdana pada 28 Januari mendatang.

Ikuti Whatsapp Channel Republika