REPUBLIKA.CO.ID, SEMARANG — Proses pemulihan psikologis ratusan warga eks anggota Gafatar yang telah tiba di Asrama Haji Donohudan, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah dimulai Senin (25/1) malam. Untuk penanganan ini, Majelis Ulama Indonesia (MUI) Jawa Tengah menggandeng para psikolog dari Universitas Diponegoro (Undip) serta Universitas Islam Negeri (UIN) Walisongo, Semarang.
“Proses penanganan psikologis dilakukan kepada warga eks anggota Gafatar yang umumnya berasal dari Kabupaten Sleman dan bantul Provinsi DIY ini,” kata Ketua MUI Jawa Tengah, KH Ahmad Daroji.
Dalam pemulihan psikologis ini, jelasnya, akan dibedakan antara anak- anak serta orang tua. Tim penanganan telah menyiapkan tahapan program pemulihan psikologis, setelah warga eks anggota Gafatar ini sempat mengalami trauma akibat perkampungan mereka dibakar massa.
Setelah proses penanganan psikologis, MUI bersama Kantor Wilayah Kementerian Agama juga telah menyiapkan mubalig serta penyuluh untuk memberikan ceramah dan tauziah keagamaan untuk ‘mencairkan’ suasana. Dalam hal ini, MUI bersama dengan Kantor Kementerian Agama telah menyiapkan para mubalig yang tidak sekedar menyampaikan tausiah, namun juga menghiburkepada para warga eks anggota Gafatar ini.
Di Asrama Haji Donohudan, para warga eks angota Gafatar ini juga akan mendapatkan pencerahan tentang cinta tanah air dan penguatan empat pilar kebangsaan, seperti Pancasila UUD 1945, NKRI serta Bhineka Tunggal Ika.
“Insyaallah, juga akan dilakukan silaturahim dengan menghadirkan Gubernur Jawa Tengah, kepala daerah asal masing- masing warga eks anggota Gafatar ini sekaligus untuk koordinasi proses pemulangan ke kampung halaman masing- masing,” tambahnya.
Terkait hal ini, Ahmad Daroji juga mengingatkan agar masyarakat tetap terbuka dan dapat menerima kembali para warga eks anggota Gafatar ini di lingkungannya. Karena ini akan sangat membantu untuk bermasyarakat kembali.
“Yang tak kalah penting, MUI juga telah berkoordinasi dengan MUI kabupaten/ kota asal warga eks anggota Gafatar ini untuk terus melakukan pendampingan setelah mereka kembali ke tengah- tengah lingkungan masyarakat,” katanya.