REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Lembaga kepolisian Eropa memperingatkan bahwa Negara Islam (ISIS) akan mencoba untuk memulai serangan lebih mematikan pada tahun 2016. Peringatan itu datang setelah Europol membuka Counter Terrorism Center baru-baru ini.
Lembaga ini dibentuk setelah ada serangan 13 November 2015 lalu di Paris, Prancis yang menewaskan 130 orang. Peringatan ini juga dilakukan setelah Negara Islam, juga dikenal sebagai ISIS, merilis sebuah video yang menunjukkan para tersangka penyerangan Paris telah melakukan pemenggalan tawanan di Suriah. Video tersebut dikirimkan sebagai ancaman terhadap musuh-musuh mereka.
"Ada banyak alasan ISIS, atau kelompok terorisme lain terinspirasi untuk melakukan serangan teroris di suatu tempat di Eropa lagi, tapi terutama di Perancis, yang dimaksudkan untuk menimbulkan korban massal di kalangan penduduk sipil, "kata Europol seperti yang dilansir dari USA Today, Selasa (26/1).
Laporan Europol mengatakan bahwa hampir setiap orang di Eropa mempunyai resiko menjadi korban serangan teroris. Europol mengatakan tanpa intelijen yang terpercaya hampir tidak mungkin mengetahui niat, kegiatan, kontak dan perjalanan para teroris.
Tanpa inteljen sangat sulit memprediksi kapan, dimana dan dalam bentuk apa serangan teroris berikutnya akan berlangsung. Rob Wainwright, Direktur Europol, mengatakan 5.000 warga Eropa telah meninggalkan kelompok-kelompok militan di Suriah dan Irak.
"Harapan kami pusat terorisme yang baru ini bisa menjadi wadah informasi dalam upaya memerangi terorisme di Eropa, memberikan analisa terhadap penyelidikan yang tengah berlangsung dan berkontribusi sebagai reaksi terhadap serangan teroris," kata Wainwright.