REPUBLIKA.CO.ID, BOYOLALI -- Kaum petani di Kabupaten Boyolali, Jateng, khususnya di dearah perbatasan dengan areal pertanian Kabupaten Klaten, mewaspadai serangan hama wereng. Ini menyusul adanya serangan hama serupa terjadi di Desa Jurangjero, Kecamatan Karanganom, Kabupaten Klaten.
Kepala Dinas Pertanian, Kehutanan dan Perkebunan (Dispertanhutbun) Kabupaten Boyolali, Bambang Purwadi, melalui Koordinator Pengendalian Organisme Pengganggu tumbuhan, Iskak Harjono, Selasa (26/1), mengatakan, kewaspadaan dan langkah antisipasi perlu dilakukan. Ini karena penularan hama wereng sangat mudah dan cepat.
Penularan hama serangga ini, kata Iskak, bisa melalui angin maupun trasportasi masyarakat. Hama wereng bisa terbang dan terbawa angin. Kalau angin mengarah ke Utara, maka wereng dari Jurangjero Klaten bisa kabur ke arah Utara bisa ke lahan pertanian Kecamatan Sawit dan Kecamatan Banyudono.
Sedang penularan hama wereng melalui transportasi, lanjut Iskak, bisa menempel kendaraan umum dan kendaraan pribadi dari Kabupaten Klaten masuk ke Kabupaten Boyolali. Menurut dia, penyebaran hama wereng sangat cepat dan masif sekali. Ini karena satu induk wereng bisa beranak 300 hingga 600 wereng.
"Coba bayangkan, kalau wereng yang terbawa kendaraan, misalnya 100 wereng, maka akan berkembang biak menjadi ribuan wereng," tambah Iskak.
Untuk itu, pihaknya berharap kepada petani, khususnya wilayah pertanian yang berbatasan dengan Kabupaten Klaten, Kecamatan Sawit dan Banyudono untuk mewaspai wereng. Ini karena jika petani lengah bisa merajalela.
Langkah yang harus dilakukan petani, menurut Iskak, di antaranya dengan melakukan pengawasan dan pengamatan tanaman padi.
"Apakah sudah terserang atau belum. Jika sudah ada tanda ada serangan hama wereng untuk berkoordinasi dengan penyuluh Pertanian maupun Koordinator Pengendalian Organisme Pengganggu Tumbuhan yang ada di lapangan," katanya menjelaskan.
Koordinasi dengan Penyuluh pertanian itu, diharapkan bisa mengantisipasi serangan hama wereng secara dini. Selain itu, petani harus mengurangi penggunaan air pada lahan pertanian, karena hama wereng mudah berkembang biak dalam kondisi lembab. Artinya, gunakan air secukupnya.
Langkah selanjutnya, mengurangi penggunaan pupuk yang mengandung unsur Nitrogen, serta mengoptimalkan penggunaan pupuk organik. Sementara, bagi yang belum menanam padi untuk menanam jenis tanaman padi yang VUTW (Rarietas Unggul Tahan Wereng). Seperti, jenis Jenis Inpari.
Berdasar data Dispertanhutbun serangan hama pada 2015 lalu, di antaranya serangan hama penyakit penggerak batang atau sundep. Serangan hama ini di sini mencapai 63 Ha, meliputi lahan pertanian di Wilayah Kecamatan Sawit (28 Ha), Banyudono (enam Ha), Sambi (tiga Ha), Ngemplak (23 Ha) dan Wonosegoro (satu ha).
Sedang serangan hama penyakit blas atau serangan pada batang padi mencapai 74 Ha meliputi Kecamatan Nogosari (24 Ha), Andong (22 Ha), Simo ( 14 Ha), Sambi (empat Ha), Ngemplak (tujuh Ha), dan Klego (dua Ha).
Serangan penyakit blas ini biasa terjadi lahan pertanian tadah hujan. Serangan hama penggerak batang dan penyakit blas ini masuk kategori ringan dimana serangan dibawah 10 persen. Sementara, serangan hama tikus dan wereng 2015 tidak ada, alias nol persen.