REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Berdasarkan catatan sejarah, kedatangan Islam di Zambia dan Zimbabwe dimulai pada abad keempat Hijriah silam, ketika umat Islam mendirikan sejumlah emirat (negara yang diperintah oleh emir—Red) di pantai Afrika Timur. Selama periode tersebut, para pedagang Muslim memperluas bisnis mereka ke daerah pedalaman Afrika, hingga mencapai Zambia dan Zimbabwe.
Selanjutnya, pada masa pemerintahan Kolonial Inggris, banyak pula Muslim dari luar Afrika yang masuk ke Zimbabwe dan Zambia. Mereka umumnya berasal dari anak benua India. Oleh karenanya, tidak sedikit Muslim yang tinggal di kedua negeri itu merupakan keturunan dari ras campuran antara Afrika dan India.
(Baca: Muslim Malawi Berdakwah Hingga Zimbabwe dan Zambia)
Sumber informasi lainnya menyebutkan, para pedagang Arab Muslim memainkan peran utama dalam pembangunan Great Zimbabwe, yaitu sebuah kota kuno yang kini hanya menyisakan puing-puing reruntuhannya di kawasan pegunungan tenggara Zimbabwe.
Bukti yang menguatkan asumsi tersebut antara lain adalah digunakannya nama-nama Muslim oleh masyarakat adat di kota Masvingo, yang lokasinya tidak jauh dari reruntuhan Great Zimbabwe. (Baca Juga: Jumlah Mualaf di Zimbabwe dan Zambia Meningkat)
“Tidak hanya nama, masyarakat adat itu juga mengikuti budaya yang mirip dengan Arab,” ungkap J Theodore Bent dalam bukunya, The Ruined Cities of Mashonaland (1902).
Sementara, sejarawan Afrika, Elikia M’bokolo, menyebut proses masuknya Islam ke Zambia dan Zimbabwe tidak bisa dilepaskan dari kegiatan perdagangan budak oleh bangsa Arab yang dimulai sejak abad kesembilan silam. “Aktivitas perdagangan budak pada waktu itu membawa dampak cukup besar bagi kehidupan sosial di Afrika, termasuk dalam hal keagamaan,” tutur M’bokolo lewat karya tulisnya, The Impact of the Slave Trade on Africa.