REPUBLIKA.CO.ID, BRISTOL -- Usai serangan kebencian terhadap sebuah masjid di Totterdown, Bristol, Inggris, Ahad kemarin, dewan pengurus masjid tersebut menggelar acara minum teh. Acara tersebut dibuka untuk umum.
“Saya pikir keinginan besar untuk saling mencintai dan saling merangkul yang datang dari para pengunjung memperlihatkan toleransi dan rasa hormat satu sama lain,” ujar Juru Bicara Masjid Jamia, Zaheer Shabir seperti dilansir itv.com, Rabu (27/1).
Masjid Jamia dipenuhi ratusan warga. Orang-orang dari berbagai kalangan dan latar belakang berbeda termasuk agama, meramaikan acara minum teh tersebut. Para partisipan datang untuk menikmati salah satu ritual khas Inggris tersebut dan tentunya memberikan semangat.
Memperlihatkan bahwa tidak semua masyarakat terjangkit Islamofobia yang mendorong dilakukannya hate crime, seperti yang dialami oleh masjid di tengah Bristol tersebut. Pekan lalu, di gerbang Masjid Jamia orang-orang tak bertanggung jawab mengaitkan daging dan bendera St. George.
Mereka yang datang menyatakan dukungannya pada Muslim jamaah Masjid Jamia. Insiden serangan tersebut tidak memecah belah masyarakat, melainkan merekatkan rasa toleransi dan kebersamaan di antara mereka.
Acara minum teh itu tidak hanya menyajikan minuman hangat kegemaran masyarakat Inggris dan biskuit sebagai kudapan, beberapa makanan tradisional Timur Tengah seperti samosa dan pakora pun turut dihidangkan.
Wali Kota Bristol, George Ferguson, turut hadir dalam acara tersebut. Seperti beberapa perwakilan dari berbagai komunitas keagamaan serta kepolisian, ia memberikan sambutan dan komentar mengenai permasalahan hate crime yang dialami masjid tersebut.
“Saya merasa senang dengan respon ini, meyakinkan saya bahwa orang-orang dari berbagai agama, berbagai ras, dan komunitas dapat memperlihatkan solidaritasnya untuk Masjid Jamia,” tutur Ferguson.