Rabu 27 Jan 2016 07:14 WIB

LGBT Tetap Harus Dimanusiakan Selama tidak Mengajak Aktivitas Seksual

Rep: Qommarria Rostanti/ Red: Damanhuri Zuhri
Ilustrasi kelompok LGBT.
Ilustrasi kelompok LGBT.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Masyarakat tetap harus memanusiakan manusia sekalipun mereka memiliki orientasi seksual berbeda, misalnya para lesbian, gay, biseksual, dan transgender (LGBT).

Psikolog klinis di TigaGenerasi, Sri Juwita Kusumawardhani, mengatakan, LGBT tetap manusia yang sama dengan kita, bahkan tidak jarang menghasilkan hasil kerja yang pantas untuk diapresiasi. Jika memang ada ajakan langsung untuk melakukan aktivitas seksual dengan mereka, baru katakan tidak atau menolak.

"Tetapi, pada umumnya, mereka akan menghargai jika kita menghargai mereka selayaknya manusia," ujar Juwita kepada Republika.co.id, semalam.

Penerimaan masyarakat tidak serta-merta membuat orang memilih menjadi LGBT. Belum ada penelitian kuat untuk membuktikan bahwa LGBT adalah masalah genetik.

LGBT dianggap muncul atas perpaduan antara genetik, hormonal, serta faktor sosial. Kondisi hormonal yang dimaksud tersebut dapat dipengaruhi kondisi ibu mengandung yang mengalami stres, obat-obatan yang dikonsumsi selama mengandung, hingga sistem imun ibu.

Sementara itu, yang dimaksud faktor sosial, misalnya peristiwa traumatis, tidak adanya sosok ayah yang menjadi role model bagi anak laki-laki, dan tidak ada sosok ibu bagi anak perempuan.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement