REPUBLIKA.CO.ID, NAY PYI DAW -- Presiden Thein Sein memuji "kemenangan" dalam pemindahan kekuasaan Myanmar pada Kamis, dalam pidatonya kepada parlemen yang didominasi militer untuk terakhir kalinya sebelum penyerahan kekuasaan kepada gerakan pro-demokrasi Aung San Suu Kyi.
Negara di Asia Tenggara yang dikekang oleh kekuasaan junta selama beberapa dasawarsa, itu berada di puncak perubahan politik yang bersejarah setelah partai Liga Demokrasi Nasional (NLD) pimpinan Suu Kyi memperoleh kemenangan telak pada pemilihan umum November.
Rakyat Myanmar berharap pemerintahannya dapat memulai kembali negara yang dihancurkan oleh kekuasaan militer selama setengah abad yang merusak ekonomi dan melarang keras perbedaan pendapat.
"Meskipun terdapat kesulitan dan tantangan, kami dapat membawa sebuah perubahan demokratis. Ini merupakan kemenangan bagi seluruh rakyat Myanmar. Seperti yang semua orang ketahui, selama lebih dari lima dasawarsa kami jauh dari sistem demokratis multipartai," ujar Thein Sein dalam pidatonya kepada anggota dewan dari pihak militer untuk terakhir kalinya.
Thein Sein yang menurut konstitusi akan mempertahankan posisinya sebagai petinggi negara hingga akhir Maret mendatang, telah menjadi seorang pemain kunci dalam proses reformasi Myanmar yang mencengangkan sejauh ini. Dia merupakan salah satu tokoh militer yang melepaskan seragamnya untuk membentuk sebuah pemerintahan pada 2011.
Dengan hasil akhirnya berupa pemilihan umum November yang berlangsung damai dan adil serta memperlihatkan partai pimpinan Suu Kyi yang memperoleh hampir 80 persen kursi yang diperebutkan dalam parlemen nasional.
Thein Sein dan kepala militer Min Aung Hlaing telah berjanji mendukung pemindahan kekuasaan menuju demokrasi di depan mandat Suu Kyi.
Baca juga: Menengok Kapal Perang Australia di Tepi Laut Jakarta