REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA – Kabupaten Gunungkidul akan dijadikan sentra pembibitan sapi putih. Karena sapi putih lebih mudah diinseminasi buatan dan keberhasilannya tinggi. Berbeda dengan sapi silangan kalau sudah sampai keturunan ketiga tidak produktif lagi.
Hal itu dikemukakan Kepala Dinas Pertanian DIY Sasongko pada wartawan, di Yogyakarta, Kamis (28/1). ‘’Kalau sapi putih paling cepat untuk beranak. Kami juga berupaya memperpendek sapi putih untuk beranak yakni yang semua beranak dua tahun sekali, akan kami perpendek menjadi 1,5 tahun atau 18 bulan sudah beranak,’ ’ungkap dia. Caranya, kata dia menambahkan, dengan pemberian gizi dan meningkatkan kualitas pakan.
Di samping itu untuk memperbanyak populasi sapi mulai 2014 Dinas Pertanian DIY melakukan gerakan GBIB (Gertak Birahi Inseminasi Buatan) yakni dengan pemberian hormon sehingga bisa kawin. Targetnya tahun 2015 ada sebanyak 7500 sapi yang berhasil dilakukan GBIB. ‘’Untuk tahun 2016 anggarannya dari Pemerintah Pusat dan sedang dibahas nominalnya,’’ungkap dia.
Terkait dengan daging di DIY masih banyak. Menurut dia, harga daging sapi di Yogyakarta relatif stabil, berkisar Rp 105 ribu sampai Rp 125 ribu per kilogram. ‘’Untuk pasokan dan kebutuhan daging sapi di DIY masih stabil. Memang ada larangan untuk memotong betina yang produktif, tetapi biasanya sapi betina yang dipotong itu merupakan sapi silangan keturunan ketiga karena sudah tidak produktif,’’tuturnya.
Sementara itu terkait untuk mencegah adanya daging oplosan sapi dengan babi/celeng, Sasongko mengatakan Dinas Pertanian DIY selalu melakukan monitoring ke lapangan untuk mengecek penjualan daging sapi di pasar-pasar, untuk melindungi masyarakat agar jangan sampai dibohongi.
''Kadang ada pedagang yang mencari keuntungan dengan mencampur daging sapi dengan babi/celeng. ''Karena itu sering kami minta untuk dikendalikan percampuran antara daging sapi dengan dagingbabi dan celeng dan memantau terus pada para penjual daging sapi atau berbahan dasar daging sapi,''tuturnya.