Jumat 29 Jan 2016 17:26 WIB

Gubernur BI: Inflasi Jawa Barat Lebih Baik

Rep: c26/ Red: Friska Yolanda
Gubernur Bank Indonesia Agus Martowardojo menyampaikan paparan pada Pertemuan Tahunan Bank Indonesia 2015 di Jakarta Convention Center, Jakarta, Selasa (24/11).
Foto: Antara/Wahyu Putro A
Gubernur Bank Indonesia Agus Martowardojo menyampaikan paparan pada Pertemuan Tahunan Bank Indonesia 2015 di Jakarta Convention Center, Jakarta, Selasa (24/11).

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Gubernur Bank Indonesia (BI), Agus DW Martowardojo memberikan kuliah umum bidang ekonomi di gedung baru Fakultas Pendidikan Ekonomi dan Bisnis Universitas Pendidikan Indonesia (FPEB UPI), Jalan Setiabudi, Kota Bandung, Jumat (29/1). Dalam seminarnya, Agus menyampaikan apresiasi terhadap perekonomian Jawa Barat yang membaik.

Dibandingkan daerah-daerah lain di Indonesia, dalam tiga tahun ke belakang, tingkat inflasi di Provinsi Jawa Barat jauh lebih baik. Pada Desember 2015 lalu, angka inflasi di Jawa Barat berkisar 0,79 persen.

"Di tahun 2013 ini kaget sekali, inflasi kita pernah sembilan persen. 2014 juga pada saat itu inflasi nasional delapan persen. 2015 turun ke tiga persen. Jawa Barat masih tergolong baik," ujarnya.

Meski membaik, Jawa Barat harus menguatkan industri pengolahan yang selama ini menjadi komoditi utama. Termasuk, sektor perdagangan, hotel, dan restoran.

"Sumber pertumbuhan ekonomi Jawa Barat dari industri pengolahan perdagangan, hotel dan restoran. Tetapi tahun 1970-1980, industri pengolahan kita lebih kuat. Kita mesti tetap dukung agar industri ini jauh lebih dikembangkan," kata Agus dalam kuliah umum di FPEB UPI, Jumat (29/1).

Menurutnya, banyak daerah di Jawa Barat yang memiliki potensi ekonomi yang cukup baik. Agus mengatakan,  kota besar di Jawa Barat bukan hanya Bandung. Namun, ada Purwakarta, Karawang, dan Bekasi yang memiliki kekuatan di bidang industri pengolahan. 

Tentu jika semakin kuat, ujar dia, Indonesia bisa meningkatkan ekspor dari Jawa Barat ke negara lain. Dengan begitu ekonomi nasional bisa bergerak lebih baik. 

Sektor industri nasional perlu lebih kompetitif untuk menghadapi persaingan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA). Tidak hanya memperbaiki kualitas sumber daya manusianya, tapi juga bagaimana mengelola sumber daya alam. Karena, persaingan pasar ASEAN tidak lagi menghadapi bangsa sendiri, tetapi juga perdagangan dan tenaga asing.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement