Jumat 29 Jan 2016 22:10 WIB

Perusahaan Migas Minta Moratorium Eksplorasi

Rep: Sapto Andika Candra/ Red: Nur Aini
Kilang minyak/ilustrasi
Foto: desmogblog.com
Kilang minyak/ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Perusahaan minyak dan gas bumi (migas) atau kontraktor kontrak kerja sama (KKKS) mengusulkan sejumlah insentif kepada pemerintah untuk bisa diberikan, menyusul lesunya industri hulu migas. Salah satunya adalah moratorium masa eksplorasi.

Direktur Hulu Minyak dan Gas Bumi (Migas) Direktorat Jenderal Migas, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Djoko Siswanto menjelaskan, berdasarkan Undang-undang Migas masa eksplorasi yang harus dilakukan KKKS adalah 10 tahun. Namun dengan kondisi harga minyak mentah murah, KKKS mengalami kesulitan dalam mengajukan dana ekplorasi ke kantor pusat.

“Sehingga dia mengusulkan kepada pemerintah untuk diadakan moratorium. Dengan diadakan moratorium ini artinya masa eksplorasi yang 10 tahun itu stop dulu, atau tidak dihitung. Kalau dihitung kan mereka tidak bisa ngapa-ngapain tapi jangka waktunya keburu habis,” kata Djoko di kantornya,Jakarta, Jumat (29/1).

 

Masa moratorium, katanya, akan dicabut saat harga minyak dunia kembali naik.

"Hanya kita kan tidak  tahu kapan harga minya mentah naiknya. Sehingga kita tidak menyampaikan berapa lama moratorium. Tapi, keputusannya yang win-win solution adalah setiap tahun kita review,” kata Djoko.

Djoko menuturkan, moratorium otomatis akan dicabut apabila harga minyak dunia mulai naik. Namun, kata dia, level atau batasan harga minyak mentah terendah sehingga diputuskan adanya moratorium masa eksplorasi belum disepakati.

“Karena begini, masing-masing KKKS kan beda-beda. Kalau di offshore itu biayanya lebih besar. Kalau di onshore itu kan biaya produksinya lebih rendah. Jadi, kita tidak bisa mengambil rata-rata satu harga,” ujar dia.

Dia menambahkan, dari seluruh KKKS yang melakukan eksplorasi dan produksi di Indonesia, masing-masing KKKS memiliki biaya produksi yang berbeda-beda. Bahkan, kata dia, biaya produksinya sangat lebar yakni dari 4 dolar AS per barel hingga 70 dolar AS per barel.

Sementara itu, meski menunjukkan tren penurunan, tetapi harga minyak mentah masih terus bergerak. Hari ini, di awal perdagangan harga minyak mentah bahkan tembus 33 dolar AS per barel, melonjak dari pekan lalu yang sempat menyentuh 27 dolar AS per barel.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement