REPUBLIKA.CO.ID, PURBALINGGA -- Anggota eks Gafatar asal Kedungjati, Kecamatan Bukateja, Wahid Suyatno, mengaku tidak malu telah bergabung dengan Gafatar.
Dikonfirmasi Republika.co.id usai dipulangkan ke Purbalingga, Wahid mengatakan, ia tidak malu sekalipun telah bergabung dengan Gafatar, yang dianggap ajaran menyimpang dari Islam. ''Saya toh tidak merugikan negara, tidak merampok, atau meminta-minta. Wong saya bawa uang sendiri untuk beli tanah di sana,'' kata Wahid.
Jumlah eks anggota Gafatar asal Purbalingga ternyata cukup besar. Seluruhnya tercatat ada 102 orang yang ikut dalam organisasi tersebut. Bagi yang rumahnya sudah dijual, mereka akan dititipkan ke kerabatnya.
Dengan menggunakan dua bus dan tiga truk pengangkut barang, rombongan yang sebelumnya menjalani pembinaan di Asrama Haji Donohudan, Boyolali, tiba di Kompleks Balai Benih Ikan (BBI) Purbalingga, Sabtu (30/1) petang.
Begitu turun dari bus, seluruh eks anggota Gafatar tersebut dikumpulkan di aula BBI dan diterima lengsung oleh Penjabat Bupati Budi Wibowo, Dandim 0702 Letkol Kav Dedi Safrudin, dan Pj Sekda Kodadiyanto. ''Semua eks anggota Gafatar asal Purbalingga sudah sampai ke Purbalingga dengan selamat. Hanya saja, ada dua orang yang sakit dan sudah ditangani tim kesehatan,'' kata Bupati.
Sebagaimana direncanakan, sebelum dikembalikan ke kampung halamannya, para mantan anggota Gafatar tersebut akan diberikan assessment selama tiga hari. Selama proses assessment tersebut, mereka akan mendapat pembinaan wawasan bela negara dan cinta Tanah Air dari TNI serta pemahaman beragama dari sejumlah tokoh FKUB (Forum Kerukunan Umat Beragama).
''Kita juga akan memberikan pendampingan psikologi. Dengan proses ini, kita berharap, saat kembali ke masyarakat, maka kondisinya sudah menjadi lebih baik,'' katanya.
Mengenai nasib mantan anggota Gafatar yang sudah tidak punya rumah karena sudah dijual, Bupati akan memberikan fasilitas agar kerabat atau keluarganya dapat menampung mereka. ''Kita akan panggil saudara-saudaranya. Nanti kita tanyakan kesediaan mereka. Saya yakin masyarakat Purbalingga tetap bisa menerima mereka,'' katanya.
Kepala Kantor Kesatuan Bangsa dan Politik (Kesbangpol) Purbalingga, Satya Giri Podo, menjelaskan, selama proses assessment dilakukan, kompleks gedung BBI harus steril. Tidak boleh ada keluarga atau siapa pun yang bisa menjenguk. Selain itu, mereka juga tidak boleh mengakses media. ''Ini kita lakukan untuk menjaga agar proses assessment bisa berjalan dengan baik,'' ujarnya menjelaskan.
Dia menyatakan, eks anggota Gafatar asal Purbalingga yang tiba di Donohudan sebenarnya berjumlah 106 orang. Namun, empat orang di antaranya memilih pulang ke rumah kerabatnya di luar Purbalingga.