REPUBLIKA.CO.ID, SEMARANG—Pemahaman ajaran Islam yang baik dan benar harus terus ditekankan kepada anak sejak menjadi siswa, mulai dari bangku sekolah elementer hingga jenjang pendidikan berikutnya secara berkelanjutan.
Sehingga saat tumbuh dewasa, anak tidak gampang terpengaruh ajaran radikalisme maupun pemahaman Islam yang ‘kebablasan’ dan akhirnya justru dapat merusak citra Islam sendiri.
“Pemahaman Islam yang benar ini penting agar generasi muda menjadi benteng yang kokoh terhadap masuknya paham radikal di tengah masyarakat maupun ormas yang menyesatkan,” kata Ketua Ketua Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jawa Tengah, Abu Hafsin, di Semarang, Ahad (31/1).
Jika sejak dini anak- anak sudah dibiasakan untuk memahami ajaran Islam ‘kebhinekaan’, Islam yang Rahamatan lil Alamin dan Islam yang baik, maka bisa menjadi satu ‘kekebalan’ untuk melawan virus- virus radikalisme.
Pemahaman dan ajaran tentang Islam yang baik dan benar harus diperkuat di wilayah ini. Jika di wilayah ini kurang kuat, maka generasi muda rentan dipengaruhi oleh siapapun. Baik oleh gerakan radikal atau gerakan ormas yang sesat.
Dalam lingkungan Nahdlatul Ulama (NU), masih jelasnya, lembaga Ma’arif mengambil peran yang cukup besar untuk mendidik dan menanamkan pemahaman tentang Islam yang benar.
Oleh karena itu, iapun meminta kepada seluruh pengajar di madrasah yang ada di wilayahnya agar ikut mencegah penyebaran paham radikalisme ini dengan memberikan pemahaman nilai- nilai Islam yang benar kepada para peserta didiknya.
Selain kepada pengajar di madrasah, ia juga minta kepada segenap guru dari jenjang SD, hingga SMA/SMK yang bernaung ikut ‘menghalau’ paham radikal dengan upaya yang sama. “Yakni ikut memperkuat pemahaman tentang Islam yang benar sejak dini,” tegasnya.
Hal ini bukan tanpa alasan. Karena paham radikalisme masih terus bermunculan di Indonesia. Aksi teror yang dilakukan kelompok tertentu yang mengatasnamakan jihad juga masih menghantui masyarakat.
“Pun demikian dengan gerakan atau aktivitas ormas yang menyesatkan, seperti Gerakan Fajar Nusantara (Gafatar). Tiba- tiba saja muncul dan tak sedikit yang ikut di dalamnya,” kata Abu Hafsin.