REPUBLIKA.CO.ID, BAGHDAD -- Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) meluncurkan imbauan baru agar dunia internasional mengumpulkan dana bantuan kemanusiaan senilai 861 juta dolar AS (sekitar Rp 11,9 triliun) untuk membantu rakyat Irak yang menderita karena perang dan pengungsian. Imbauan yang disampaikan pada Ahad (31/1) itu menyebutkan kekerasan, termasuk perang dahsyat dengan kelompok ISIS, telah memaksa 3,3 juta penduduk Irak mengungsikan diri dalam dua tahun terakhir ini.
Sementara itu, warga Suriah yang mengungsi ke Irak karena peperangan di negaranya telah mencapai sekitar 250 ribu orang. "Kami ingin menggunakan dana ini untuk menjangkau 7,3 juta orang. Mereka ini adalah pihak yang paling rentan di Irak," kata koordinator kemanusiaan PBB untuk Irak, Lise Grande, pada jumpa pers di Baghdad.
Grade mengatakan, prioritas utama badan ini adalah menjangkau orang-orang yang paling mengalami kesusahan dan memberikan bantuan berupa apa pun yang bisa membuat mereka bertahan. Apakah itu makanan, uang tunai, tempat berteduh, atau air.
Harga minyak yang jatuh telah secara drastis mengurangi pendapatan dari minyak, yang menjadi tumpuan Irak dalam membangun pendanaan. Hal itu berarti Irak tidak mampu menanggung biaya bagi penanganan krisis kemanusiaan.
"Kebutuhan keluarga-keluarga pengungsi jauh lebih besar dibandingkan kemampuan kami, dan karena itu kami memerlukan dukungan dari negara-negara donor," kata Jassem Mohammed al-Jaff, menteri Irak urusan migrasi dan pengungsi, saat jumpa pers.
Irak berencana mengeluarkan lebih dari 1,5 miliar dolar untuk bantuan kemanusiaan pada 2016. Namun, rencana itu terkendala ketiadaan dana 891 juta, yang kemudian diminta PBB untuk dikumpulkan oleh dunia internasional. "Pemerintah terpojok karena harga minyak begitu rendah, dan karena itulah kami meminta masyarakat internasional untuk beramal," kata Grande.
Kelompok ISIS telah menguasai banyak wilayah di utara dan barat Baghdad pada 2014 dan pasukan Pemerintah Irak bergelut untuk memukul mundur mereka. Jumlah pengungsi Irak diperkirakan akan semakin meningkat pada 2016. Sementara, pasukan Irak berjuang untuk mengambil kembali kendali di wilayah-wilayah di Provinsi Anbar dan Nineveh.
"Tergantung pada intensitas pertempuran serta skala kekerasan pada bulan-bulan mendatang, 11 juta warga Irak, bahkan mungkin 12 hingga 13 juta, diperkirakan membutuhkan beberapa jenis bantuan kemanusiaan pada akhir 2016," kata PBB.