Senin 01 Feb 2016 07:36 WIB

Hasyim Muzadi Sebut LGBT Harus Diselesaikan dengan Rehabilitasi

Rep: C25/ Red: Achmad Syalaby
Anggota Dewan Pertimbangan Presiden (Wantimpres) Bidang Kesejahteraan Rakyat KH Hasyim Muzadi memberikan konferensi pers di Kantor PP Muhammadiyah, Jakarta, Kamis (12/11).
Foto: Republika/ Wihdan
Anggota Dewan Pertimbangan Presiden (Wantimpres) Bidang Kesejahteraan Rakyat KH Hasyim Muzadi memberikan konferensi pers di Kantor PP Muhammadiyah, Jakarta, Kamis (12/11).

REPUBLIKA.CO.ID, DEPOK -- Isu lesbian, gay, biseksual, dan transgender (LGBT) terus menjadi salah satu perbincangan utama publik. Kini, banyak pihak sudah mulai memikirkan cara-cara penanggulangan atau penyelesaian masalah tersebut.

Pengasuh Pesantren Mahasiswa Al Hikam, Hasyim Muzadi, melihat polemik sekitar penyelesaian permasalahan LGBT tidak bisa diselesaikan melalui pendekatan hak asasi manusia (HAM) dan demokrasi. Menurut Hasyim, pada hakikatnya LGBT merupakan kelainan seksual dalam perilaku kehidupan seseorang sehingga bisa saja terjadi dalam bidang atau aspek yang lain.

"Maka, pendekatan yang benar adalah prevensi dan rehabilitasi sehingga seseorang bisa kembali normal," kata Hasyim, Ahad (31/1).

Hasyim menjelaskan, upaya preventif dapat dilakukan sejak masa kanak-kanak sebagai penangkalan dini apabila terdapat gejala-gejala kelainan seksual dengan cara psikoterapi, penyadaran, dan latihan-latihan. Berbagai cara tersebut wajib dilakukan kepada anak-anak sebagai upaya agar kelainan perilaku seks itu tidak berkembang di dalam diri mereka.

Proses rehabilitasi dinilai sangat perlu untuk dilakukan kepada mereka yang sudah telanjur menjadi bagian, pelaku, atau memiliki perilaku dari kelainan tersebut. Hasyim menegaskan, sesulit apa pun situasi dan kondisi, proses rehabilitasi harus dilakukan agar jumlah pelaku ataupun perilaku LGBT tidak membesar dan berkembang.

Meski begitu, Hasyim menekankan bahwa masyarakat tetap harus memperhatikan untuk tidak menjauhi, apalagi mengucilkan para pelaku LGBT secara diskriminatif. Ia menilai, tindakan menjauhi dan mengucilkan akan memperburuk keadaan karena sesungguhnya mereka tidak menyukai kelainan yang ada pada diri mereka. 

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَلَقَدْ اَرْسَلْنَا رُسُلًا مِّنْ قَبْلِكَ مِنْهُمْ مَّنْ قَصَصْنَا عَلَيْكَ وَمِنْهُمْ مَّنْ لَّمْ نَقْصُصْ عَلَيْكَ ۗوَمَا كَانَ لِرَسُوْلٍ اَنْ يَّأْتِيَ بِاٰيَةٍ اِلَّا بِاِذْنِ اللّٰهِ ۚفَاِذَا جَاۤءَ اَمْرُ اللّٰهِ قُضِيَ بِالْحَقِّ وَخَسِرَ هُنَالِكَ الْمُبْطِلُوْنَ ࣖ
Dan sungguh, Kami telah mengutus beberapa rasul sebelum engkau (Muhammad), di antara mereka ada yang Kami ceritakan kepadamu dan di antaranya ada (pula) yang tidak Kami ceritakan kepadamu. Tidak ada seorang rasul membawa suatu mukjizat, kecuali seizin Allah. Maka apabila telah datang perintah Allah, (untuk semua perkara) diputuskan dengan adil. Dan ketika itu rugilah orang-orang yang berpegang kepada yang batil.

(QS. Gafir ayat 78)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement