REPUBLIKA.CO.ID, MALANG -- Harga daging ayam di pasar tradisional di wilayah Malang raya dalam beberapa pekan terakhir ini terus naik, bahkan dalam sepekan terakhir kenaikannya cukup drastis.
Salah seorang pedagang daging ayam di Pasar Merjosari Kota Malang Tiarni, Senin mengaku keberadaan daging ayam akhir-akhir ini memang agak sulit didapat, bahkan pada pekan lalu sama sekali tidak ada daging ayam.
"Pedagang juga sempat mogok berjualan karena selain keberadaan daging ayam langka, harganya pun juga sangat tinggi," katanya di Malang, Senin (1/2).
Harga daging ayam potong pada pekan lalu hingga mencapai Rp 40 ribu per kilogram dan saat ini turun menjadi Rp 37 ribu-Rp 38 ribu per kilogram. Namun, harga tersebut masih lebih tinggi dibandingkan harga pada beberapa pekan sebelumnya yang hanya Rp 26 ribu-Rp 30 ribu per kilogram.
Ia mengatakan berdasarkan keterangan dari pemasok daging ayam langganannya, kenaikan harga tersebut dipicu kurangnya pasokan dari peternak. "Kami sendiri kurang tahu minimnya pasokan itu karena memang ayamnya yang tidak ada atau bagaimana, yang pasti kami berharap bukan permainan dari distributor atau pedagang skala besar," ucapnya.
Selain harga daging ayam potong yang cukup tinggi, harga daging sapi pun juga mengalami kenaikan dalam beberapa pekan terakhir ini. Harga daging kualitas sedang sebesar Rp110 ribu per kilogram dan kualitas bagus rata-rata dijual seharga Rp115 ribu per kilogram.
Mahalnya harga daging sapi maupun ayam tersebut berdampak pada omzet pedagang yang terus menurun. "Biasanya pelanggan yang membuka warung atau berjualan bakso, minimal membeli daging sapi 5-7 kilogram, namun setelah harganya naik, mereka mengurangi hingga hampir 50 persen," ujar Fitri, penjual daging sapi di Pasar Oro-oro Dowo Kota Malang.
Sementara itu, salah seorang penjual bakso paha sapi di kawasan Dinoyo, Zainuri, mengaku dirinya terpaksa mengurangi pembuatan baksonya (pentol) karena harga daging yang terus melambung.
"Kami tidak mengurangi rasa atau kualitas bakso, tapi hanya mengurangi jumlah produksi pentolnya saja, kalau biasanya membuat 5 kilogram per hari, sekarang maksimal hanya 3 kilogram," bebernya.
Selain mengurangi produksi pentol, lanjut Zainuri yang akrab dipanggil Nuri, dirinya juga mengurangi ukuran bakso, namun tidak mengurangi kualitas rasa atau menaikkan harga.
"Ya memang risiko, tapi mau bagaimana lagi, yang penting pelanggan memahami kondisi sekarang dan tidak kecewa dengan kualitas rasa yang tetap kami jaga," ucapnya.