REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Peneliti ternyata sudah memperingatkan pemerintah akan keberadaan virus zika di Indonesia sejak 2015. Hal itu diungkapkan peneliti senior Institut Biologi Molekuler Eijkman, Herawati Sudoyo.
Namun, dia menjelaskan, dampak virus tersebut masih dalam kategori ringan.
"Virus ini tidak menyebabkan gejala klinik yang berarti dan akan sembuh sendiri kebanyakan," kata Herawati Sudoyo dalam pesan singkatnya, Senin (1/2).
Pada rentang Desember 2014 hingga April 2015, tim peneliti Eijkman melakukan riset berkaitan dengan wabah demam berdarah dengeu (DBD) di Jambi.
Riset ini atas dukungan antara lain Kemenristek Dikti dan US Center for Disease Control and Prevention. Demikian dimuat dalam artikel tulisan tim peneliti Institut Eijkman, yang disampaikan Herawati, Senin (1/2),
Kemudian, tutur Herawati, tim peneliti menemukan virus zika di dalam sampel darah seorang pria berusia 27 tahun di Jambi. Secara keseluruhan, ada 103 sampel yang diteliti.
Uniknya, pria tersebut belum pernah sekali pun melakukan perjalanan ke luar negeri. Padahal, di dalam artikel itu dijelaskan, virus zika pertama kali terdeteksi di Uganda, sebuah negara di Benua Afrika, pada 1947.
Puluhan tahun kemudian, virus zika pertama kali dilaporkan menyebabkan wabah di Mikronesia, sebuah negara kepulauan di Samudra Pasifik pada 2007. Baru-baru ini, empat ribu kasus microcephaly bayi terjadi di Amerika Selatan, khususnya Brasil, pun diduga berkaitan dengan virus zika.
"Berarti, virus itu memang ada dan ditemukan di Indonesia. Enggak tahu siapa yang bawa (masuk ke Indonesia)," ujar peraih Habibie Award tahun 2008 itu.
Namun, pria Jambi pengidap virus zika itu hanya dirawat selama dua hari di rumah sakit. Dan, pria itu tak menunjukkan gejala yang umumnya terjadi bila seseorang terjangkit virus zika.
"Pasien tersebut sembuh dua hari kemudian setelah dia menerima perawatan medis dan tanpa komplikasi sama sekali."
Infeksi akibat virus zika bisa menyebabkan demam ringan. Diagnosis zika mirip dengan demam berdarah dengeu (DBD) lantaran keduanya sama-sama ditularkan melalui nyamuk Aedes aegypti. Namun, tegas Herawati, gejala virus zika jauh lebih ringan ketimbang DBD.