REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengamat politik dari Universitas Diponegoro, Teguh Yuwono menilai figur ideal yang layak menjadi Ketua Umum Partai Golkar adalah yang dapat diterima dua kubu. Menurut dia, penerimaan yang baik dari kubu Aburizal Bakrie maupun Agung Laksono sangat penting bagi kebaikan Golkar ke depannya.
“Tidak pintar tidak masalah, yang penting diterima. Percuma kalau pintar tapi ditolak dua kubu,” kata Teguh saat dihubungi Republika.co.id, Selasa (2/2). (Munaslub akan Satukan Golkar).
Sayangnya, kata dia, figur yang memenuhi kriteria tersebut belum ada. Kalaupun ada, itu pun berasal dari tokoh senior Golkar seperti BJ Habibie dan Jusuf Kalla.
Menurut dia, Golkar merupakan partai yang tidak pernah jauh dari kekuasaan. Karena itu, JK menjadi figur yang memungkinkan memimpin Golkar. “Tapi permasalahannya dia mau atau tidak,” katanya.
Teguh menduga Golkar merapat ke pemerintah lantaran ingin memperoleh surat keputusan (SK) Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia (Menkumham). Golkar ingin diakui sehingga tidak menjadi partai liar. Menurut dia, motif tersebut cukup sederhana untuk dipahami.
Belakangan, ada kabar bahwa Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) akan dilibatkan untuk mencegah adanya praktik suap dalam penyelenggaraan Musyarawah Nasional Luar Biasa (Munaslub) Golkar. Menanggapi hal ini, Teguh menyebut hendaknya KPK tidak tebang pilih.
“Kalau mau turun tangan, jangan cuma di Golkar, tapi juga di semua partai. Harus dicek juga uang suapnya dari mana, kalau bukan uang negara kan tidak bisa,” kata Teguh.