REPUBLIKA.CO.ID, JENEWA -- Utusan khusus PBB memperingatkan semua pihak bahwa harapan untuk menyelesaikan perang saudara di Suriah akan hilang jika usaha paling terbaru dalam pembicaraan perdamaian gagal.
Hal tersebut semakin diperkuat dengan adanya oposisi yang mengatakan serangan-serangan udara jet tempur Rusia dan mengancam pembicaraan sebelum dimulai.
Kelompok payung oposisi utama yang menghadiri pembicaraan tersebut mengatakan pengeboman oleh Rusia dekat Aleppo, mengancam usaha-usaha untuk mengakhiri konflik di negara itu yang hampir berlangsung selama lima tahun. Menurut pemantau, pesawat-pesawat Rusia melancarkan 270 serangan sejak Senin pagi kemarin.
"Sejak semalam pembunuhan besar sedang terjadi di Suriah dan tak seorangpun mengambil tindakan. Tak seorangpun mengatakan apapun yang terjadi, masyarakat internasional sama sekali buta," kata Salem al-Meslet dari Komite Negosiasi Tinggi (HNC).
Pada Senin, utusan khusus PBB Staffan de Mistura menyatakan bahwa pembicaraan tak langsung antara pemerintah dan oposisi secara resmi dimulai di Swiss, dengan mengatakan ia berharap dapat "mencapai sesuatu" pada 11 Februari.
Tetapi sementara keretakan mulai muncul pada Selasa, ia memperingatkan pembicaraan itu merupakan peluang terakhir untuk menghentikan konflik yang telah merenggut 260.000 jiwa dan memaksa lebih setengah dari populasi Suriah untuk meninggalkan rumah-rumah mereka.
"Kalau gagal saat ini, setelah dua pertemuan sebelumnya di Jenewa tentang Suriah, maka semua harapan akan sirna," kata dia kepada saluran TV Swiss Radio Television Suisse.
Ketua perunding pemerintah Suriah, Bashar al-Jaafari, sebelumnya menyampaikan keraguan mengenai pembicaraan itu, dengan mengatakan bahwa pembicaraan tersebut masih dalam tahap persiapan, karena pihak oposisi belum menyebutkan tim perundingnya dan tak ada agenda.
Dan HNC membatalkan pertemuan dengan utusan PBB itu yang dijadwalkan pada Selasa siang, dengan anggota Farah Atassi mengatakan bahwa pada saat ini, tak ada alasan untuk mengulangi dirinya dengan de Mistura.
Kelompok tersebut telah menuntut rezim itu untuk mengizinkan akses humaniter ke kota-kota yang dikepung, menghentikan pengeboman warga sipil dan membebaskan ribuan tahanan, beberapa di antaranya anak-anak, dari penjara-penjara rezim.
HNC juga menyatakan kemarahan atas serangan rezim itu, yang didukung jet-jet tempur Rusia dan militan sekutunya, yang mengizinkan pasukan pemerintah bergerak maju mematahkan pengepungan pemberontak yang berlangsung lama atas dua desa yang mayoritas pengikut Syiah dan dikuasai pemerintah di Provinsi Aleppo.