Rabu 03 Feb 2016 17:47 WIB

Tiga Warga Cirebon Meninggal Terserang Difteri

Rep: Lilis Handayani/ Red: Winda Destiana Putri
Imunisasi difteri
Foto: antara
Imunisasi difteri

REPUBLIKA.CO.ID, CIREBON -- Sebanyak tiga warga asal Kabupaten Cirebon meninggal dunia akibat terserang penyakit difteri.

Masyarakat pun diimbau untuk patuh mengimunisasi anak balita mereka guna mencegah penyakit yang menyerang saluran pernafasan tersebut.

Selain menewaskan tiga orang, penyakit difteri juga membuat lima warga lainnya harus mendapatkan perawatan intensif di RSUD Gunung Jati, Kota Cirebon.

Salah seorang dokter spesialis anak di RSUD Gunung Jati, Taufan Prasetya menjelaskan, penyakit difteri diketahui menyerang empat warga pada Desember 2015. Mereka berasal dari satu keluarga di Kecamatan Susukanlebak, Kabupaten Cirebon.

 

Dari empat penderita difteri itu, tiga orang di antaranya meninggal dunia. Sedangkan satu orang berhasil diselamatkan.

''(Yang selamat) sudah kita kembalikan (penanganannya) ke puskesmas wilayah setempat,'' ujar Taufan, Rabu (3/2).

Setelah empat warga tersebut, penyakit difteri juga menyerang empat warga lainnya. Dengan demikian, total ada delapan warga yang terserang penyakit itu.

Difteri merupakan penyakit yang disebabkan oleh bakteri Corynebacterium dephtheriae yang menyerang bagian saluran pernafasan. Penyakit itu menular dan bisa menyebabkan kematian, terutama pada anak balita.

''(Difteri) bisa disebabkan karena ketidakpatuhan terhadap imunisasi (DPT),'' terang Taufan.

Menurut Taufan, imunisasi sangat penting diberikan kepada balita sebagai upaya pencegahan terhadap penyakit. Jika balita tidak diimunisasi, maka tubuhnya akan rentan terserang penyakit, termasuk penyakit difteri.

Taufan menambahkan, imunisasi juga harus dilaksanakan serentak di suatu wilayah atau kampung. Pasalnya, bila ada salah satu warga yang terkena difteri, maka akan mudah dan cepat menular kepada warga lainnya.

Penyakit difteri dapat menular melalui percikan ludah dari penderita kepada orang lain yang sehat. Sedangkan faktor resikonya ditambah dengan pemukiman yang padat, lingkungan tidak bersih, dan nutrisi yang kurang baik.

''Gejala difteri berbeda-beda, tergantung jenisnya, yakni difteri ringan, sedang dan berat,'' terang Taufan.

Untuk difteri ringan, gejalanya berupa demam biasa, batuk disertai pilek, lemas, kurang aktif pada anak-anak, dan ditemukan selaput di kulit. Gejala difteri sedang, biasanya nyeri pada tenggorokan saat menelan, terdapat selaput putih di tenggorokan dan demam.

Sedangkan difteri berat, gejalanya bisa berupa kelenjar getah beningnya terinfeksi bahkan gagal nafas. Pembengkakan pun terjadi di bagian leher.

Kabid Pelayanan Medik RSUD Gunung Jati, Siska LM menambahkan, penyakit difteri tergolong penyakit yang cukup langka. Bahkan, kasus penyakit itu terakhir kali ditemukan sekitar lebih dari enam tahun silam.

''Dalam penanganannya, penderita difteri ditempatkan di ruang isolasi agar tidak menular ke pasien lain. Jikapun pasien sudah diperbolehkan pulang, diharuskan tetap menjalani perawatan rutin,'' kata Siska.

Siska menyebutkan, para penderita difteri asal Kabupaten Cirebon yang dirawat di RSUD Gunung Jati itu umurnya berkisar antara 2-14 tahun. Dari delapan orang yang terjangkit penyakit itu, tiga di antaranya meninggal dunia.

?Sementara itu, Direktur RSUD Gunung Jati, Heru Purwanto mengatakan, pihaknya telah memberikan pelayanan yang optimal kepada pasien penderita difteri.

''Kita berikan pelayanan sebagaimana mestinya, termasuk menempatkan pasien di ruang rawat isolasi,'' tandas Heru.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement