REPUBLIKA.CO.ID, Kehancuran umat-umat terdahulu menjadi pelajaran bagi umat manusia. Kebinasaan mereka diakibatkan oleh perbuatan mereka sendiri yang tak mau bersyukur atau mengimani akan kekuasaan Allah SWT.
Dalam Alquran, kehancuran umat-umat terdahulu itu dijelaskan dengan sangat perinci, mengenai perilaku dan sifat-sifatnya. Misalnya, umat Nabi Luth (kaum Sodom) yang melakukan perkawinan dengan pasangan sesama jenis (homoseksual), kaum Tsamud (umat Nabi Saleh) yang tidak mempercayai Nabi Saleh AS sebagai seorang utusan Allah dan membunuh unta betina hingga mereka ditimpakan azab, berupa suara petir yang menggelegar dan menghancurkan rumah-rumah mereka.
Hal yang sama juga ditimpakan pada umat Nabi Syu'aib (kaum Madyan dan Aikah) yang senantiasa melakukan penipuan atau kecurangan dalam perdagangan. Dalam melaksanakan bisnis perdagangan, mereka (Madyan dan Aikah) ini selalu mengurangi timbangan dan takaran dari semestinya.
Kenyataan ini pun banyak dijumpai pada zaman sekarang ini. Banyak pedagang yang mengurangi timbangan dan takaran dalam transaksi yang mereka lakukan dengan para pembeli. Perintah Allah kepada setiap pedagang. ''Dan, tegakkanlah timbangan itu dengan adil dan jangan mengurangi takaran itu.'' (QS Arrahman: 9).
Dalam ayat lain, Allah menunjukkan perilaku dari para pedagang yang curang tersebut. ''Kecelakaan besarlah bagi orang-orang yang curang, yaitu orang-orang yang apabila menerima takaran dari orang lain mereka minta dipenuhi dan apabila mereka menakar atau menimbang untuk orang lain, mereka mengurangi.'' (Al-Muthaffifin: 1-3).