Kamis 04 Feb 2016 06:58 WIB

Mualaf Inggris: Menjadi Minoritas dalam Minoritas

Rep: c38/ Red: Agung Sasongko
Mualaf tengah berdoa (ilustrasi)
Foto: onislam.net
Mualaf tengah berdoa (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, CAMBRIDGE -- Universitas Cambridge merilis sebuah laporan pengalaman pria-pria Inggris masuk Islam, Rabu (3/2) kemarin. Laporan ini meneliti perjalanan konversi hampir 50 orang Inggris dari berbagai usia, etnis, dan agama.

Laporan bertajuk Narratives of Conversion to Islam in Britain: Male perspectives ini dirilis oleh Centre of Islamic Studies Universitas Cambridge. Para peneliti berusaha memotret tantangan dan keprihatinan yang dihadapi untuk masuk Islam di Inggris. Sebagian di antara mereka 'menjadi minoritas dalam minoritas' karena mengikuti salah satu agama paling sering difitnah dan disalahpahami di Inggris.

"Di Barat, konversi ke Islam telah ternoda oleh klaim ekstremisme (kekerasan dan non kekerasan), radikalisasi, dan sayangnya, terorisme," kata Profesor Yasir Suleiman, Direktur Cambridge Centre Studi Islam, dilansir dari situs resmi universitas Cambridge, Kamis (4/2). Hal itu, lanjut Yasir, membuat para mualaf digambarkan tidak hanya aneh atau buangan, tapi sebagai pengkhianat dan musuh dalam budaya asli mereka.

Dengan mualaf berlatar belakang kulit putih, hitam, dan Asia Selatan dari seluruh Inggris, Cambridge mengumpulkan hampir 50 laki-laki Inggris selama proyek 18 bulan dalam upaya memahami dan merekam pengalaman mereka masuk Islam.

Manajer Proyek, Shahla Awad Suleiman, mengatakan laporan ini berbicara terus terang tentang isu-isu nyata yang dihadapi Muslim di abad ke-21. Selain kisah perjalanan masuk Islam, laporan ini juga membahas beberapa isu penting dalam Islam, seperti homoseksualitas dan poligami.  Tema lain yang menyulut diskusi luas adalah penggambaran media mengenai Muslim.

Di antara temuan kunci hasil proyek ini menyebutkan, mualaf kulit putih sering kehilangan hak istimewa kulit putih setelah konversi. Mereka juga mengalami isolasi karena terputus dari keluarga dan teman-teman lama. Namun, perjuangan yang dilakoni Muslimah untuk berjilbab atau menunjukkan identitas keislaman mereka sering menjadi motivasi bagi para pria.   

Laporan menyebut, ada banyak jalan masuk Islam, mulai dari ikatan perkawinan, persahabatan, keyakinan atau pilihan rasional, musik, seni, arsitektur, hingga keindahan alam. Konversi yang terjadi di penjara biasanya didorong oleh keinginan untuk menanamkan disiplin dalam kehidupan para napi. Sejumlah mualaf mengaku ditargetkan oleh British Security Services untuk menjadi informan.

"Dengan berbagi pengalaman mereka secara terus terang dan jujur, para mualaf dari berbagai latar belakang mengungkapkan kebanggaan mendalam, baik terhadap Islam maupun warisan Inggris mereka. Kendati, penggambaran mualaf sering negatif di media mainstream," kata Yasir.

Laporan ini mengikuti kesuksesan laporan serupa yang menyajikan data mualaf wanita di Inggris pada 2013. Laporan tahun 2013 tersebut telah diunduh lebih dari 150.000 kali dari situs Centre of Islamic Studies, serta menarik perhatian media luas.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement