Kamis 04 Feb 2016 07:28 WIB

IFJ: 2.297 Wartawan Terbunuh Sejak 1990

Irak
Irak

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Setidaknya 2.297 wartawan dan pekerja media terbunuh dalam kurun waktu 25 tahun. Para jurnalis kehilangan nyawa mereka saat menjadi target pembunuhan, serangan bom, baku tembak dan penculikan dalam perang dan konflik bersenjata di seluruh dunia sementara yang lain dibunuh oleh kejaharan terorganisasi para baron dan pejabat korup

Sebanyak 112 wartawan dan profesional media terbuhuh pada tahun lalu saja, meskipun puncaknya terjadi pada 2006 dengan memakan korban 155 jiwa, kata dia. "Setidaknya 2.297 wartawan dan pekerja media terbunuh sejak 1990," kata laporan Federasi Wartawan Internasional (IFJ)

Dengan satu dari 10 pembunuhan yang diinvestigasi, IFJ mengatakan kegagalan untuk mengakhiri impunitas dalam membunuh dan menyerang pekerja profesional media hanya memicu kekerasan terhadap mereka.

"Data kejadian penting ini menjadi catatan dari krisis keamanan para jurnalis dan memberikan kesaksian kepada kampanya IFJ untuk mengakhiri impunitas kekerasan terhadap pekerja profesional media," kata Presiden IFJ Jim Boumelha.

"Laporan tahunan ini lebih dari sekedar mencatat teman-teman yang terbunuh," kata Boumelha.

"Laporan ini juga menggambarkan penghormatan untuk keberanian dan pengorbanan yang dibayar oleh wartawan dengan mempertaruhkan nyawa untuk memberikan informasi dan memberdayakan publik," tambah dia.

Negara yang mencatat jumlah pembunuhan wartawan tertinggi adalah: Irak (309), Filipina (146), Meksiko (120),Pakistan (115), Federasi Rusia (109), Algeria (106), India (95), Somalia (75), Suriah (67), dan Brasil (62).

Pada 2015, 10 wartawan dan pegawai tewas di Prancis ketika ekstrimis menyerang mingguan satir Charlie Hebdo di Paris, yang menjadikan Prancis menjadi tempat teratas pembunuhan pekerja media bersama Iraq dan Yaman pada tahun lalu.

Sejak 1990, kawasan Asia Pasifik terdaftar sebagai tempat korban tewas tertinggi dengan angka 571, diikuti oleh Timur Tengah dengan 473 pembunuhan, Amerika dengan 472 pembunuhan, Afrika dengan 424 pembunuhan, dan Eropa dengan 357 jiwa meninggal.

IFJ menyeru pejabat pemerintahan, keamanan, angkatan militer dan lainnya yang berurusan dengan mereka untuk menghormati kebebasan wartawan.

Mereka mendesak pemerintah untuk patuh dengan kewajiban internasional mereka dengan menelusuri pembunuhan wartawan dan membawa mereka yang bertanggungjawab ke pengadilan, sehingga mencegah kekerasan pada masa selanjutnya.

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement