Jumat 05 Feb 2016 10:55 WIB

Permintaan Cium Jessica Harus Dilihat dari Kalimat Sebelumnya

Rep: C21/ Red: Achmad Syalaby
Tersangka kasus pembunuhan Wayan Mirna Salihin, Jessica Kumala Wongso dengan mengenakan baju tahanan dikawal petugas menuju ruang tahanan usai menjalani pemeriksaan selama 7 jam di gedung Direktorat Reserse Kriminal Umum Polda Metro Jaya, Jakarta, Senin (1
Foto: Republika/ Yasin Habibi
Tersangka kasus pembunuhan Wayan Mirna Salihin, Jessica Kumala Wongso dengan mengenakan baju tahanan dikawal petugas menuju ruang tahanan usai menjalani pemeriksaan selama 7 jam di gedung Direktorat Reserse Kriminal Umum Polda Metro Jaya, Jakarta, Senin (1

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Salah satu kalimat “mau dong dicium kamu Mir” telah dilontarkan ayahanda dari almarhum Wayan Mirna Salihin (27) yang meninggal akibat meminum kopi sianida di Kafe Olivier, Jakarta Pusat, Rabu (6/2) lalu. Setelah ayah Mirna, Darmawan Salihin, mengaku memiliki materi percakapan tersebut, banyak perspektif muncul.

Dosen Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Abdul Mujib mengatakan, percakapan tersebut harus dilihat dari latar belakang sosiologi suatu tempat dan bagaimana latar belakang mereka berdua yang bersangkutan.

“Saya rasa, arti ciuman tersebut ada konteks-konteks lain yang bisa dipahami. Jadi, jangan kata-kata ciuman saja yang dianalisis, namun kalimat-kalimat yang sebelumnya juga penting,” ujar dia, Jumat (5/2).

Mujib menerangkan, perilaku seksual dapat terlihat dari salaman, ciuman, sampai ke dalam hubungan intim. Jadi, menurut Mujib, bukan persoalan SMS Jessica Kumala Wongso dan Wayan Mirna Salihin yang membuat mereka diketahui apakah seorang lesbi atau bukan.

Sebab, konteks dari tradisi juga dapat menjadi bahan pertimbangan, seperti budaya Arab yang mencium pipi kanan dan pipi kiri.

“Pergaulan seperti itu, tradisi seperti orang Arab ketemu sama laki-laki, menempel pipi sama pipi. Kalau tradisi, bukan penyimpangan,” tutur dia.

Kalau bukan kebiasaan umum (tradisi), tapi dia memakai kata-kata itu, berarti kemungkinan besar mereka lesbi. Meskipun teman lama, jika menggunakan bahasa “ciuman”, dirasakan Mujib ada yang janggal. Karena jika bukan tradisi, pasti ada sesuatu yang menyimpang. 

Karena itu, Mujib lebih melihat tradisi yang berkembang di Australia karena Jessica Kumala Wongso dan Wayan Mirna Salihin pernah berkenalan di Kampus Billy Blue College, Sidney, Australia. Kalau tradisi di sana seperti itu, dalam tanda kutip bukan bibir, melainkan pipi, itu tidak masalah. 

 

 

 

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement