REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR -- Sejumlah warga Bogor mengeluh tentang kondisi ekonomi yang semakin sulit. Nilai mata uang semakin tergerus, sementara harga bahan pokok kian mahal.
"Yah, uang Rp 50 ribu sekarang dapat apa? Cuma dapat cimol kayaknya mah, daging aja masih naik," kata warga Bogor Risma Wati (26) kepada Republika.co.id, Jumat (5/2).
Meskipun Risma belum berkeluarga, ia yang juga menghidupi kedua orang tua dan adiknya merasa kewalahan juga. Apalagi, jika uang Rp 50 ribu sudah dipecah maka yang ada hanya bisa untuk jajan di pinggir jalan saja.
Sama hal nya seperti Risma, Asri Dini (30) yang juga sebagai ibu rumah tangga merasa tidak bisa mendapatkan banyak dengan uang Rp 50 ribu. "Waduh, Rp 50 ribu buat apa. Makan di warteg saja cuma dua kali saja itu pun dengan lauk seadanya," tutur Asri.
Asri mengaku jika berbelanja ke pasar setiap harinya bisa menghabiskan Rp 100 ribu lebih. Hal itu pun, lanjut Risma, lauk yang didapatkan hanya satu potong ayam atau jika sedang berhemat memilih ikan dan tidak bisa membeli daging.
"Saya semenjak daging naik sudah nggak pernah masak daging. Alternatifnya paling ayam, sekarang ayam juga untungnya sudah mulai turun," ungkap Asri.
Semenjak awal 2016, harga pangan di pasar tradisional memang naik terutama daging sapi yang sempat mencapai Rp 140 ribu per kg.