Sabtu 06 Feb 2016 04:11 WIB

Pembangunan Tol Desari Terkendala Pembebasan Lahan

Rep: Sonia Fitri/ Red: Andi Nur Aminah
Pembangunan jalan tol (ilustrasi).
Foto: Antara
Pembangunan jalan tol (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pembangunan Jalan Tol Depok-Antasari (Desari) sepanjang 21 kilometer hingga kini masih terkendala pembebasan lahan. Pengelola Tol PT Citra Waspphutowa (CW) menyadari pembangunan proyek tersebut masuk kategori prioritas yang wajib selesai pada masa pemerintahan Presiden Jokowi. Namun urusan penyelesaian pembebasan lahan sangat lambat.

"Kita masih menunggu pengadaan lahan, akibat selama satu tahun ini progres konstruksi mencapai 25 persen,” kata Direktur PT Citra Waspphutowa Tri Agus Priyanto saat meninjau lokasi pembangunan Tol Desari, Jumat (5/2). 

Ia menguraikan, pembebasan lahan sangat lambat di pembangunan tahap I dan II (Sawangan-Bojong Gede). Hal tersebut berdampak pada jadwal konstruksi yang mestinya sudah mencapai 60 persen secara keseluruhan dalam setahun terakhir namun kenyataanya progresnya baru sampai 25 persen.

Tol yang dikelola oleh PT Citra Waspphutowa (CW) nantinya akan menghubungkan tiga kota yaitu Jakarta-Depok-Bogor dan terkoneksi dengan JORR II. Titik temu berada di Krukut yang merupakan bagian dari delapan radial tol di Jakarta.

Tahap I yakni pembangunan Tol Antasari-Sawangan (Depok) dengan panjang 12 kilometer. Pembangunan tahap pertama tersebut membutuhkan lahan 109 hektar. Namun pembebasan lahan saat ini baru mencapai 90 persen. “Padahal tahap I dijadwalkan semula dapat beroperasi awal 2016,” katanya.

Kemudian tahap II adalah Sawangan-Bojong Gede (Bogor) sepanjang sembilan kilometer namun pembebasan lahan baru mencapai 20 persen dari total lahan seluas 71 hektare. Pengelola juga akan membangun jalan akses dan jalan frontage sejauh 16 kilometer dilengkapi dengan dua buah simpang susun yakni Antasari dan Krukut. Tujuannya memperlancar arus lalu lintas di jaringan jalan arteri eksisting atau akses dari dan ke jalan tol. 

Dalam pelaksanaan konstruksi tahap I, dia mengatakan lahan yang belum dibebaskan tinggal 10 persen lagi. Akibat kendala lahan tersebut menyebabkan pengerjaan konstruksi dilakukan dengan spot-spot atau terpisah. Dia pun berharap pemerintah segera turun tangan guna memuluskan proyek ini.

Tri mengatakan dalam melaksanakan konstruksi, pihaknya mendapatkan pinjaman Bank BRI sebesar Rp 2,1 triliun. Dari total dana itu, sekitar 15 persennya atau senilai Rp 15 miliar sudah diserap.

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement