REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Rusia Jumat (5/2) menolak tuduhan Barat bahwa negaranya telah menyabotase perundingan damai Suriah di Jenewa, Swiss, beberapa hari lalu karena terkait militernya mendukung rezim pemerintah Suriah di Aleppo.
‘’Ini bukan waktu yang baik untuk saling tuduh, " kata Duta Besar Rusia untuk perserikatan bangsa-bangsa (PBB) Vitaly Churkin seperti dikutip dari laman Al Arabiya, Sabtu (6/2).
Churkin membela serangan udara Rusia dilakukan di sekitar Aleppo dalam mendukung pasukan rezim saat mereka menghadapi pemberontak. "Ini bukan eskalasi Rusia tetapi mengintensifkan upaya pemerintah Suriah untuk melawan para teroris," katanya.
Dia menambahkan, pengepungan pada masyarakat Suriah tertentu dalam beberapa hari terakhir telah dicabut. Churkin berharap PBB melakukan mediasi kedekatan pembicaraan di Jenewa antara perwakilan rezim dan oposisi akan dilanjutkan sebelum 25 Februari.
Utusan Khusus PBB untuk Suriah Staffan de Mistura menangguhkan pembicaraan damai Suriah sampai 25 Februari 2016. Duta Besar Prancis untuk PBB Francois Delattre mengatakan, pemerintahnya mendukung penuh keputusan de Mistura untuk menghentikan pembicaraan. Ia juga mengutuk serangan brutal yang dilakukan pasukan Rusia untuk mendukung pemerintah.
"Kita tidak bisa berharap oposisi untuk bernegosiasi dengan pistol di kepala mereka," katanya kepada wartawan.
Para diplomat mengatakan bahwa dalam konsultasi tertutup PBB, de Mistura menegaskan bahwa oposisi Suriah menuntut pencabutan pengepungan, penghentian pemboman udara, membebaskan tahanan, dan akses kemanusiaan yang lebih baik.
"Orang-orang Suriah perlu merasa bahwa saat ini ada benar-benar perbaikanpada wilayahnya," ujar diplomat.