REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Psikolog keluarga dan anak, Roslina Verauli mengungkapkan beberapa teori yang mengacu pada faktor-faktor psikososial yang memicu seseorang menjadi Lesbian, Gay, Biseksual, dan Transgender (LGBT).
Di dinding Facebook-nya, Roslina menjelaskan LGBT mulai dari masalah emosional terkait pengalaman cinta masa lalu, dengan orang tua maupun cinta romantis saat remaja, hingga pengasuhan orang tua.
"Dari sejumlah profil klien gay, umumnya merupakan anak lelaki yang memiliki penghayatan negatif tentang ayahnya, hingga absennya figur ayah, termasuk tentang relasi intim ayah dan ibunya," tulis Roslina, Sabtu (6/2). (LGBT Bawaan Lahir atau Bukan?).
Absennya Ayah mengakibatkan kelekatan secara berlebihan anak pada figur ibu. Anak juga memiliki kedekatan yang tinggi dengan profil ibu yang relatif dominan.
Beberapa yang lainnya adalah individu yang pernah mengalami pelecehan dan paksaan seksual oleh orang dewasa berjenis kelamin sama di usia anak-anak. Kelak di usia remaja, saat fantasi seksualnya aktif, ingatan dan pengalaman seksual sejenis dari masa lalu membayangi. "Mereka mengira, aktivitas seksual tersebut yang membangkitkan gairah," katanya.
Ada pula yang menyebutkan pengaruh faktor lingkungan pertemanan yang turut memengaruhi orientasi seksual. Namun, belum ada satu pendekatan pun yang dapat memberikan uraian meyakinkan untuk dapat dianggap sebagai faktor penyebab. Sebab, ada banyak pula individu dengan profil psikososial di atas yang tidak menjadi homoseksual.