REPUBLIKA.CO.ID, DRESDEN -- Ribuan pendukung gerakan anti-Islam PEGIDA pada Sabtu sore (6/2) berdemonstrasi di Kota Dresden, Jerman Timur, untuk menentang diterimanya pengungsi.
Peserta demonstrasi tersebut menyerukan pembentukan koalisi "Fortress Europe" untuk menentang pengungsi. Selama pawai itu, para demonstran berulang-kali meneriakkan "Merkel harus pergi".
Wolfgang Koeppe, seorang pendukung PEGIDA --yang merupakan akronim dari "Patriotic Europeans Against the Islamisation of the West-- menyatakan sangat banyak pengungsi "tak mungkin ditangani di satu negara saja".
Banyak orang tidak sependapat dengan kebijakan Kanselir Jerman Angela Merkel, kata Koeppe, sebagaimana diberitakan Xinhua --yang dipantau Antara di Jakarta, Sabtu pagi. Ia menambahkan, "Kita mesti melakukan pengurangan tajam (jumlah pencari suaka) untuk membuatnya bisa didanai."
Sebelumnya polisi Jerman telah memperkirakan sebanyak 15.000 pengukung PEGIDA dari seluruh Jerman akan berkumpul di Dresden. Namun, menurut perkiraan kelompok mahasiswa, Durchgezaehlt, antara 6.000 dan 8.000 orang ikut dalam unjuk rasa pada Sabtu di kota tersebut.
Sementara itu, ribuan peserta demonstrasi tandingan berpawai pada Sabtu pagi di Dresden. Mereka membawa spanduk yang berisi slogan seperti "Tak ada tempat buat pengikut Nazi".
Banyak petugas polisi berada di lokasi untuk mencegah bentrokan antara pendukung PEGIDA dan peserta demonstrasi tandingan.
"Buat kami, penting untuk memperlihatkan bahwa pengungsi masih disambut baik, bahwa kami terbuka buat kebudayaan mereka, dan kami senang kebudayaan lain datang ke negara kami," kata Susanne Kraemer, seorang pengajar universitas dari Kota Leipzig, Jerman. Ia berpawai untuk menentang PEGIDA.
Dresden adalah lokasi utama pawai PEGIDA "Fortress Erurope" pada Sabtu, yang mulanya dijadwalkan digelar di 14 kota besar Eropa.