Ahad 07 Feb 2016 08:32 WIB

Indonesia Belum Merdeka

Rep: c26/ Red: Agung Sasongko
Bendera Indonesia
Bendera Indonesia

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Meski Indonesia telah merdeka selama 70 tahun, namun tak benar-benar merdeka. Hal ini disampaikan dalam Kajian Intelektual Muslimah (KIM) Hizbut Tahrir Indonesia (HTI).

Dosen dan mahasiswi dari berbagai kampus di Bandung dan Cimahi mengikuti kajian yang membahas mengenai “Kiprah Intelektual Menyikapi Pembantaian Agresor Barat Terhadap Perempuan dan Anak di Dunia Islam” bertempat di STIE EKUITAS, Bandung (Sabtu, 6/2). 

Dalam kajian tersebut dibahas bahwa Indonesia belum merdeka sepenuhnya. Pasalnya negara-negara Muslim lainnya seperti Madaya Suriah, Gaza Palestina masih diterpa konflik dan dijajah non Muslim.

Sesama negara mayoritas Islam, Indonesia harus merasakan hal yang sama dengan penderitaan mereka. 

"Kaum Agresor Barat tidak segan melakukan berbagai penyiksaan dan pembantaian di dunia Islam”, ujar Pratma Julia Sunjandari, Anggota DPP Muslimah HTI yang menjadi narasumber acara ini. 

Pratma menilai sebagian wilayah kaum Muslim dijajah dalam bentuk penjajahan pemikiran yang melemahkan keimanan di belahan dunia lain kaum Muslim dijajah secara fisik. 

Ia menyebutkan Muslimah HTI terus mengajak umat untuk melihat realita sesungguhnya yaitu ada peran politik yang dimainkan oleh Negara Barat. Negara barat yang berusaha untuk mempengaruhi keamanan, ekonomi, nilai-nilai universal dan internastional order.

Poin akhir inilah, ujar dia, yang berbahaya. Sebab yang bermain di negara dunia adalah organisasi non pemerintah yang mengendalikan dunia. Semua itu akhirnya menjadikan dunia Islam berorientasi untuk mengabadikan kepentingan nasional AS.

Karenanya, Indonesia harus bersatu dalam persaudaraan dan kepeduliaan. 

"Senyum anak-anak Bandung adalah senyum anak-anak muslim yang lain,"ucapnya.

Menurutnya dianggap berbahaya oleh Negara Barat, hal ini diungkapkan oleh Henry Kissinger (Menlu AS masa Richard Nixon dan Gerald Ford) yang mengklasifikasikan kelompok Islam berdasarkan keberbahayaannya, yaitu  kelompok yang fokus pada aqidah (mudah mengkafirkan muslim lain), kelompok yang fokus aspek akhlaq, kelompok yang fokus pada aspek keilmuwan, kelompok yang fokuspada aspek perlawanan/ jihadis. 

Henry disebutnya menilai kelompok yang paling harus diwaspadai adalah yang menjadikan Islam komprehensif yang meliputi seluruh aspek kehidupan. Oleh karena itu Barat akan berusaha untuk terus merancang strategi dan permainan politik guna mencegah berbagai upaya yang berusaha untuk mewujudkan Islam dalam kehidupan.

Ia mengimbau intelektual sebagai pihak yang memiliki peran strategis, harus peka dan tidak bisa berdiam diri melihat ini semua. Sejatinya intelektual harus berada di garda terdepan untuk membongkar berbagai makar Barat kepada dunia Islam dan menegakkan sistem Islam (Khilafah) yang mampu menuntaskan masalah ini. Sistem yang memanusiakan manusia.

Acara ini digelar oleh Lajnah Khusus Intelektual Muslimah DPD I HTI Jawa Barat. Mengajak intelektual muslim untuk memanfaatkan kelimuan dan kepeduliannya pada masyarakat secara internasional.

 

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement