REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Syekh Yasin memberikan penjelasan tentang verifikasi sanad pada kitabnya tersebut. Berbagai macam kitab hadis telah ditulis untuk mengin- ventarisasi dan mengumpulkan ragam riwayat yang tercecer, baik di lembaran- lembaran catatan maupun hafalan para perawi yang tersebar di seluruh wilayah Arab kala itu. Mulai dari Kitab al Jami', Musnad, Sunan, al-Mustakhraj, al-Mustadrak, sampai kitab sederhana dan ring kas yang hanya memuat empat puluh hadis saja.
Dalam kitab Kasyf az-Zhunun, Haji Khalifah mengemukakan kitab hadis yang ditulis menggunakan bilangan 40 sebagai tajuk, banyak ditulis oleh ulama dari kalangan Suni maupun Syiah.
Ragamnya pun bermacam-macam. Ada karya yang fokus membahas tentang 40 hadis tentang tauhid, hukum, ataupun persoalan ibadah.
Hampir semua kitab tersebut memi- liki nama yang sama, Al-Arbain. Salah sa tu motivasi terkuat yang melatarbela - kangi penulisan kitab terfokus pada bilangan 40 adalah sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Ali bin Abi Thalib.
Rasulullah SAW bersabda, "Barang siapa yang menghafal 40 hadis dan mengambil manfaat darinya, Allah akan membangkitkannya pada hari kiamat sebagai seorang ahli fikih dan alim."
Salah satu ulama pertama yang menyusun 40 hadis dalam sebuah kitab ada lah Imam Abdullah bin Al Mubarak Al Maruzi. Kitabnya berjudul az- Zuhdu. Bentuk penulisan pun semakin berkembang.
Adalah Al-Hafizh Abu al-Qasim Ali bin al-Husain bin Asakir yang mengumpulkan 40 hadis dengan bahasan yang berbeda-beda dalam satu kitab. Bahkan, Ismail bin Abd al-Ghafir al-Farisi mempunyai kitab dengan pola arbainat hingga 70 buah.
Ternyata, tak hanya ulama asal Jazirah Arab, kitab karangan seorang ulama nusantara berdarah Padang, Sumatra Barat, yang telah menetap lama di Makkah, Arab Saudi, bernama Syekh Abu al-Faidl Muhammad Yasin bin Isa al- Fadani al-Makki, menjadi salah satu entri berharga dalam khazanah kitab arbainat.
Ulama nusantara itu mendapat julukan Musnid Ad-Dunya (pakar sanad dunia) lantaran penguasaannya terhadap ilmu hadis, baik riwayat ataupun dirayat. Di antara peninggalan berharga ulama terkemuka itu adalah kitab yang bertajuk al-Arba'in Haditsan min Arba'ina Kitaban `An Arba'ina Syaikhan.
Kitab itu adalah ringkas yang mengumpulkan hadis nabi dari 40 syekh dan 40 kitab yang berbeda pula. Maksud 40 syekh adalah mereka para syekh yang dijadikan referensi sanad bagi Syekh Yasin dari 40 ragam kitab yang dinukilnya.
Menurut Syekh Yasin, kitab itu disusun tatkala dirinya mendapat kesempatan mengajar kitab al-Arba'in fi Mabani al-Islam wa Qawaid al-Ahkam karangan imam an-Nawawi di Madrasah Dar al-Ulum, Makkah al-Mukarramah.
Sejumlah sahabatnya dari para pegiat ilmu hadis lantas meminta syekh untuk mengumpulkan 40 hadis tentang berbagai persoalan mulai dari akidah hingga muamalat. Namun, permintaan itu tidak serta- merta direalisasikan oleh Syekh Yasin.
Setelah beristikharah lantas beliau merasa yakin untuk menulis sebuah kitab hadis yang terdiri atas 40 hadis saja. Uniknya, kitab yang rampung ditulis pada 1363 H itu memuat 40 hadis ber - beda serta dinukil dari 40 kitab hadis yang beragam pula.
Tak hanya itu, ke 40 hadis tersebut sanadnya diperoleh secara langsung oleh Syekh Yasin dari para syekh ahli hadis. Sebenarnya, ada satu lagi kitab dengan corak serupa yang ditulis Syekh Yasin dengan 40 hadis dari 40 syekh.
Hanya saja, kitab kedua yang kelar ditulis satu tahun setelah kitab perta- manya tersebut selesai, tidak dinukil dari 40 kitab, tetapi diperolehnya dari 40 wilayah yang berbeda hasil perjalanan- nya mencari hadis rahlat fi thalab al hadis.
Maka, serupalah mereka (ulama dan orang saleh) jika tidak bisa sama persis karena sesungguhnya mencontoh orang mulia adalah kunci kesuksesan, ungkap Syekh Yasin mengutip sebuah pepatah Arab.
Metode
Metode penulisan yang digunakannya sangat sistematis karena latar belakang keilmuannya di bidang ilmu hadis riwayat dan dirayat yang sangat mendalam. Secara berurutan, Syekh Yasin menyebutkan hadis satu per satu sesuai dengan derajat kitab hadis yang pernah ada.
Tentunya, apa yang dilakukan Syekh Yasin tak hanya menukil lalu mencomot begitu saja dari kitab bersangkutan. Akan tetapi, disertai dengan menyebutkan sanad yang didapatkannya. Kitab yang menjadi nukilan pun sangat beragam, mulai dari kitab shahih, sunan, mus nad, mu'jam, mushannaf, hingga kitab hadis tentang fadlail a'mal.
Bahkan, Syekh Yasin menyertakan informasi singkat tentang hukum hadis yang dibahasnya berikut takhrij ijmali (takhrij global) akan keberadaan hadis serupa di kitab-kitab hadis lainnya.
Syeikh Yasin memulakan kitabnya dengan enam kitab hadis mu'tabar yang menduduki peringkat utama. Keenam kitab itu adalah Shahih al-Bukhari, Shahih Muslim, Sunan Abu Dawud, Jami' at-Turmudzi,Sunan an-Nasai, dan Sunan Ibnu Majah.
Tak ketinggalan, kitab Muwaththa' karangan Imam Malik, baik yang berasal dari riwayat Yahya maupun Muhammad menyusul dalam deretan keenam kitab tersebut, sedangkan tiga kitab yang termasuk deretan terakhir dalam kitab Syekh Yasin adalah kitab as-Sunnah karangan al-Kai, Hilyat al-Awliya 'karya Abu Nu'aim al- Ash fahani, dan kitab `Amal al- Yaum wa al-Lailat karangan Ibnu as-Sinni.
Sebagai contoh, hadis pertama yang disebutkan dalam kitab itu terdapat dalam kitab Shahih Bukhari tentang landasan haji qiran atau menunaikan ibadah haji sekaligus umrah. Riwayat hadis tersebut diperoleh Syekh Yasin dari Syekh Hafsh Umar bin Hamdan al- Mahrasi At-Tunisi, seorang pakar hadis di Arab Saudi.
Sanad yang disampaikan oleh Syekh Hafsh tak terputus dan menyambung hingga al-Bukhari, sementara sanad yang dimiliki al-Bukhari tersambung dengan Ibnu Abbas dan Umar bin Khattab.
Hadis tersebut berbunyi, "Saya (Umar bin Al Khattab) mendengar Rasulullah bersabda saat berada di lembah al-Aqiq (sebuah lembah yang dekat al-Baqi' yang berjarak empat mil dari Madinah): Seorang utusan dari Tuhanku mendatangiku suatu malam dan berkata : Sha latlah di lembah yang diberkah ini dan berni- atlah umrah dan haji (qiran)."
Syekh Yasin lantas memberikan sedikit keterangan tentang hadis itu. Menurutnya, derajat hadis tersebut adalah sahih. Imam Bukhari meriwayatkannya dalam bab haji dengan redaksi dan sanad sama persis. Hadis itu juga dirwayatkan oleh beberapa pakar, antara lain, Abu Dawud dan Ibnu Majah dalam kitab Sunan-nya, Ibnu Abi Syaibah dari kitab al-Mushannaf,dan Ibnu Al Jarud dalam kitab Shahih-nya.
Konsistensi
Konsistensi Syekh Yasin dalam memaparkan tiap hadis yang dinukilnya terjaga dengan apik hingga pembahasan terakhir. Pada pengujung karyanya itu, syekh mengutip sebuah hadis dari kitab karangan Ibn as-Sinni bertajuk 'Amal al-Yaum wa al-Lailat. Menggunakan sanad dari Syekh Umar bin Abi Bakar Bajunaid, ia menukil sebuah hadis riwayat Anas bin Malik al-Anshari.
Diriwayatkan bahwasanya Rasulullah SAW bersabda, "Apabila seorang laki-laki keluar dari rumah, ucapkanlah: Bismillahi alaihi tawakkaltu `alallahi la haula wala quwwata illa billah(Dengan menyebut nama Allah aku bertawakkal kepada Allah tidak ada daya dan upaya kecuali dengan Allah). Maka, seketika itu juga dikatakan padanya, `Engkau telah dijaga, diberikan petunjuk, dan dicukupi.'"
Dia berkata, "Setan malu bertemu dengannya lalu setan tersebut bertemu dengan setan lainnya dan mengatakan: Bagaimana bisa menggoda seorang laki- laki yang telah dijaga, diberi petunjuk, dan telah dicukupkan."
Gudang Sanad yang Sederhana
Syekh Yasin adalah satu-satunya ulama asli Indonesia yang berjuluk Musnid Ad Dunya(Pakar Sanad Dunia). Tetapi, perhatian pegiat ilmu yang pada waktu itu tertuju kepada sosok Abu al- Faidh ' alam ad-din Muhammad Yasin bin Isa al-Fadani itu tak lantas membuatnya berubah sikap.
Pujian dan penghormatan tetap memosisikannya sebagai figur sederhana dan bersahaja. Syekh Yasin tak jarang terlihat berbelanja keluar masuk pasar untuk membeli keperluan sehari- hari. Bahkan, syekh tidak segan bercengkerama di kedai minum hanya mengenakan sarung dan kaus oblong biasa.
Kesederhanaan tokoh berdarah Padang, Sumatra Barat, yang lahir di Makkah pada 1916 tersebut justru mengangkat derajatnya. Tak sedikit ulama yang sengaja datang untuk memperoleh ijazah sanad darinya. Ada yang datang dari wilayah Arab Saudi hingga dari luar negeri. Hal itu pernah dilakukan Habib Segaf bin Muhammad Assegaf, salah seorang ulama terkemuka dari Tarim, Hadramaut.
Keahlian dan kepakaran syekh dalam bidang hadis tidak terbatas pada ilmu riwayat atau sanad saja, tetapi juga di bidang dirayat hadis. Kepakarannya itu tertuang dalam berbagai kitab yang telah ditulisnya. Sudah ratusan judul buku dan kitab ditulisnya.
Karya-karyanya pun mendapat apre siasi dari dunia Islam, baik di Makkah secara khusus maupun di wilayah lain, termasuk Asia Tenggara. Di Indonesia, kitab-kitab Syekh Yasin banyak dikaji di kalangan pesantren salaf.
Di antara kitabnya itu, antara lain, Fath al-A'lam Syarah Bulugh al-Maram, ad-Durr al-Madhud fi Syarh Sunan Abi Daud,dan tak ketinggalan adalah kitab al-Fawaid al-Juniiyyah `Ala al -awaid al-Fiqhiyyah.Syekh Yasin meninggal pada 1990 dengan mewariskan keilmuan yang berharga dan dikagumi oleh dunia Islam.
Oleh Nashih Nashrullah