Senin 08 Feb 2016 18:00 WIB

Megawati: Perayaan Imlek Cermin Bekerjanya Prinsip Kebangsaan

Ketua Umum Partai Demokrasi Indonesia (PDI) Perjuangan, Megawati Soekarnoputri
Foto: Republika/Rakhmawaty La'lang
Ketua Umum Partai Demokrasi Indonesia (PDI) Perjuangan, Megawati Soekarnoputri

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Umum PDI Perjuangan, Megawati Soekarnoputri menilai perayaan Imlek menjadi bagian dari jembatan persaudaraan seluruh warga, bangsa, dan menjadi cerminan prinsip kebangsaan yang merasuk dalam sanubari rakyat.

"Serta menjadi fundamen yang kokoh bagaimana persatuan Indonesia hadir dengan seluruh keanekaragaman yang ada," ujarnya di Jakarta, Senin (8/2).

Megawati Soekarnoputri secara khusus mengucapkan Selamat Tahun Baru Imlek Tahun 2016. Sementara Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto menambahkan bahwa bagi Megawati Soekarnoputri, kenangan Imlek sangat terasa ketika pada tahun 2003 sebagai Presiden RI menyatakan hari Imlek sebagai hari libur nasional.

"Imlek dengan demikian menjadi bagian hari besar yang dihormati bersama lengkap dengan seluruh tradisi kebudayaannya. Hal ini tidak terlepas dari kepeloporan Gus Dur dan Megawati Soekarnoputri," jelasnya.

Menurutnya, perayaan Imlek yang dilaksanakan ditengah-tengah upaya Presiden Joko Widodo mempercepat pembangunan nasional diharapkan juga menjadi momentum untuk mengkonsolidasikan seluruh kekuatan bangsa agar dalam satu spirit kerja tersebut.

"Hal ini sejalan dengan tahun 2016 sebagai tahun monyet api. Kecerdikan, kelincahan, semangat, dan api perjuangan yang disimbolkan dengan monyet api tersebut diharapkan mampu menjadi inspirasi dalam mengatasi berbagai persoalan bangsa ini," jelas Hasto

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
يَسْتَفْتُوْنَكَۗ قُلِ اللّٰهُ يُفْتِيْكُمْ فِى الْكَلٰلَةِ ۗاِنِ امْرُؤٌا هَلَكَ لَيْسَ لَهٗ وَلَدٌ وَّلَهٗٓ اُخْتٌ فَلَهَا نِصْفُ مَا تَرَكَۚ وَهُوَ يَرِثُهَآ اِنْ لَّمْ يَكُنْ لَّهَا وَلَدٌ ۚ فَاِنْ كَانَتَا اثْنَتَيْنِ فَلَهُمَا الثُّلُثٰنِ مِمَّا تَرَكَ ۗوَاِنْ كَانُوْٓا اِخْوَةً رِّجَالًا وَّنِسَاۤءً فَلِلذَّكَرِ مِثْلُ حَظِّ الْاُنْثَيَيْنِۗ يُبَيِّنُ اللّٰهُ لَكُمْ اَنْ تَضِلُّوْا ۗ وَاللّٰهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيْمٌ ࣖ
Mereka meminta fatwa kepadamu (tentang kalalah). Katakanlah, “Allah memberi fatwa kepadamu tentang kalalah (yaitu), jika seseorang mati dan dia tidak mempunyai anak tetapi mempunyai saudara perempuan, maka bagiannya (saudara perempuannya itu) seperdua dari harta yang ditinggalkannya, dan saudaranya yang laki-laki mewarisi (seluruh harta saudara perempuan), jika dia tidak mempunyai anak. Tetapi jika saudara perempuan itu dua orang, maka bagi keduanya dua pertiga dari harta yang ditinggalkan. Dan jika mereka (ahli waris itu terdiri dari) saudara-saudara laki-laki dan perempuan, maka bagian seorang saudara laki-laki sama dengan bagian dua saudara perempuan. Allah menerangkan (hukum ini) kepadamu, agar kamu tidak sesat. Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”

(QS. An-Nisa' ayat 176)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement