REPUBLIKA.CO.ID, GARUT -- Badan Kesatuan Bangsa dan Politik (Kesbangpol) Kabupaten Garut menilai di Kabupaten Garut terdapat potensi munculnya paham radikalisme.
Radikalisme merupakan ancaman nyata bagi Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Sebab, radikalisme tidak sesuai dengan ideologi Pancasila mau pun ajaran agama.
Kepala Kesbangpol Kabupaten Garut, Asep Suparman mengatakan, melihat situasi dan kondisinya, terindikasi ada potensi munculnya paham radikalisme di wilayah Kabupaten Garut.
Pertama, dari segi geografis memungkinkan Kabupaten Garut dijadikan tempat pelatihan bagi penganut paham radikalisme.
Kedua, dari segi demografis jumlah penduduk di Kabupaten Garut sudah mencapai sekitar tiga juta lebih. Sementara, daya tampung lapangan pekerjaan di Garut sangat terbatas.
"Maka terdapat celah paham-paham radikalisme masuk ke ranah ideologi masyarakat melalui iming-iming pada saat masyarakat memiliki kegamangan," kata Asep kepada Republika, Selasa (9/2).
Asep menilai, belum mengakarnya ideologi pancasila di masyarakat juga menjadi celah paham radikalisme masuk dan menggoyahkan masyarakat.
Dalam masalah ini, Kesbangpol memiliki pemetaan terkait titik rawan munculnya paham radikalisme di wilayah Garut. Ada beberapa wilayah yang sampai saat ini terus dipantau Kesbangpol.
Dikatakan Asep, di wilayah Garut selatan ada sekitar lima kecamatan yang menjadi perhatian Kesbangpol. Kemudian, di Garut utara ada dua kecamatan yang terus dimonitor dan Garut tengah ada tiga kecamatan.
Asep menjelaskan, sejumlah masyarakat di beberapa kecamatan yang menjadi pantauan kesbangpol, mereka baru sampai tahap tertarik. Ketertarikan mereka kepada propaganda karena janji manis yang ditawarkan penyebar paham radikalisme.
"Sebagai contohnya kemarin ada warga Garut yang ikut Gafatar," ujar Asep.
Kesbangpol terus berupaya untuk mempersempit ruang gerak kelompok-kelompok radikalisme. Dalam hal ini, diungkapkan Asep, Kesbangpol terus bekerjasama dengan jajaran pemerintah sampai tingkat paling bawah. Tujuannya untuk menjalin komunikasi dan memberikan sosialisai agar bisa mempersempit ruang gerak mereka.