REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Deputi V Bidang Harmonisasi dan Kemitraan di Kemenpora, Gatot Dewa Broto mengatakan Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) mengundang ketua Komite Ad-Hoc Reformasi PSSI bukan karena permintaan FIFA.
Namun undangan tersebut berdasarkan perintah setneg kepada Kemenpora untuk menindaklanjuti permintaan ketua Komite Ad-Hoc Reformasi PSSI, Agum Gumelar, yang ingin beruadiensi dengan Presiden Republik Indonesia. Rencananya pertemuan dengan Agum akan dilakukan pada Rabu (10/1) di kantor Kemenpora.
Namun surat yang diterima Kemenpora dari Setneg hampir bersamaan dengan surat yang diterima dari FIFA. Kemudian, terkait undangan Kemenpora yang hanya mengundang Agum Gumelar secara personal, bukan kepada Komite Ad-Hoc Reformasi PSSI secara keseluruhan, memiliki alasan tersendiri. (Baca: Kemenpora Bersedia Gabung Komite Ad-Hoc PSSI, asal...)
"Kan surat dari Setneg juga tidak menyinggung komite Ad-Hoc. Makanya kami juga panggil Pak Agum secara personal, tapi tetap kapasitasnya sebagai ketua Komite Ad-Hoc Reformasi PSSI," ungkap Gatot Dewa Broto, saat ditemui di kantor Kemenpora, pada Selasa (9/2).
Surat undangan kepada Agum Gumelar sendiri baru dikirim pada Selasa (9/2) siang, ditandatangani oleh Sesmen Menpora, Alfitra Salam. Namun, dalam pertemuan itu, Menpora, Imam Nahrawi tidak bisa hadir, dan diwakili oleh Alfitra Salam. Meski hanya diwakili oleh Sesmen Menpora, Gatot berharap pertemuan tersebut dapat mencairkan suasana.
Hanya saja, Gatot enggan membeberkan topik yang akan dibicarakan oleh Agum Gumelar dan Alfitra Salam. Akan tetap Gatot mengaku sudah menduga arah pembicaraan Agum nanti. Menurutnya, Agum pasti akan memintah kepada pemerintah yang diwakili oleh Kemenpora untuk segera bergabung dengan Komite Ad-Hoc Reformasi PSSI.
Kendati undangan yang ditujukan kepada Agum Gumelar sebagai Ketua Komite Ad-Hoc Reformasi PSSI bukan berdasarkan permintaan FIFA, tapi bukan berarti Kemenpora mengabaikan surat FIFA. Seperti diketahui, FIFA telah menyurati Menpora, Imam Nahrawi yang meminta agar pemerintah mengirimkan perwakilannya untuk bergabung dengan Komite Ad-Hoc. Namun Gatot menilai FIFA sendiri tidak bersikap netral, misalnya, FIFA tidak pernah menyinggung Tim Kecil.
Terakhir, FIFA juga dianggap tidak memenuhi permintaan Kemenpora terkait 10 poin reformasi sepakbola Indonesia, yang bisa menjadi pertimbangan FIFA dalam mengambil keputusan. Kendati tidak merinci, salah satu poinnya adalah Kemenpora meminta kepada FIFA agar tugas Komite Ad-Hoc tidak hanya mementingkan PSSI saja, tapi menjadi perantara FIFA dalam menyelesaikan sepak bola di Indonesia ini.
Maka tidak menutup kemungkinan, 10 poin tersebut kembali diungkapkan kepada Agum Gumelar dalam pertemuanya dengan Sesmen Menpora. "Tapi kita lihat saja nanti, kemana alur pembicaraannya," kata Gatot.